Ini 6 Catatan Penting IJTI di Balik Tragedi Bitung Sulawesi Utara

Ilustrasi bentrok di Bitung, ini poin IJTI
Sumber :
  • Istimewa

SiapIkatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) mendesak aparat untuk bertindak cepat dan tepat, menangani pertikaian yang sempat terjadi di Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Ngeri, Ini Penjelasan PVMBG Soal Meletusnya Gunung Ruang di Sulut

Tak hanya itu, IJTI juga mengimbau agar awak redaksi mengedepankan semangat kebermanfaatan informasi, dan turut berperan dalam menjaga kedamaian serta stabilitas keamanan nasional.    

Terkait pertikaian dua kelompok massa di Bitung, Sulawesi Utara, IJTI melihat ada unsur SARA.

Cegah Anak Putus Sekolah, Ini Pesan Supian Suri ke Wartawan IJTI yang Menyentuh Hati

Hal ini berpotensi meluas dan bisa berakibat fatal bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Oleh karena itu, konflik yang bernuasa SARA harus segera dicegah bersama agar tidak tercipta eskalasi konflik yang besar dan tidak berkesudahan.

Sekda Supian Gandeng Wartawan IJTI, Cegah Anak Depok Putus Sekolah

"Bila terjadi, hal tersebut akan sangat merugikan masyarakat," kata Ketua Umum IJTI, Herik Kurniawan dalam keterangan tertulisnya dikutip pada Minggu, 26 November 2023.

Menurut dia, media terutama televisi serta platform audio visual lainnya, memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah dan menyelesaikan konflik beraroma SARA. 

Oleh karena itu IJTI menyampaikan seruan bagi suluruh anggota IJTI para jurnalis dan para pemangku redaksi/newsroom terkait pemberitaan konflik yang bernuasa SARA, sebagai berikut:

1. Dalam pemberitaan kasus kerusuhan bernuansa SARA semua jurnalis televisi/audio visual dan pemangku redaksi/newsroom untuk menggunakan pendekatan jurnalisme positif.

2. Pemberitaan dilakukan secara utuh, akurat, lengkap dengan mempertimbangkan berbagai dampak dari pemberitaan, ikut serta memberikan solusi atas persoalan yang diangkat untuk meredam konflik dan mewujudkan perdamaian.

3. Memegang teguh disiplin verifikasi sebagai panglima tertinggi serta tidak mengamplifikasi konten-konten atau informasi yang beredar di media sosial. 

4. Bijak dalam memilih narsum yakni yang memahami persoalan secara utuh, bisa memberikan solusi serta mendamaikan situasi, bukan sebaliknya narsum yang provokatif atau hanya sekedar cari sensasi dan tidak solutif.

5. Tidak mengeksploitasi dan menjadikan isu konflik bernuasa SARA sebagai momen untuk meningkatkan rating, traffic dan gengsi stasiun/media.

6. Pemberitaan harus berorientasi pada keutuhan bangsa serta menjaga kebersamaan semua golongan. 

Selanjutnya IJTI Pusat akan terus mengintensifkan diskusi dan monitoring dengan semua pihak, terutama para jurnalis televisi dan pemangku redaksi.

Menurut Herik ini penting untuk saling mengingatkan, menahan diri serta tidak terpancing menyajikan pemberitaan dan visual konflik bernuansa SARA yang didramatisir.   

"IJTI akan senantiasa berusaha untuk terus menumbuhkan semangat jurnalisme positif agar pemberitan televisi bisa menjadi garda terdepan dalam memberikan solusi, serta mendamaikan berbagi isu konflik bernuansa SARA maupun konflik sosial lainnya," kata Herik.