Keras, Ini Kata Rocky Gerung Soal Putusan MKMK
- Istimewa
Siap –Keputusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi atau MKMK soal sangsi etik Anwar Usman masih menjadi perbincangan hangat ditengah publik.
Salah satu pengamat politik kondang yang terkenal dengan kritikan pedasnya Rocky Gerung pun ikut berkomentar terkait hal tersebut.
Dalam tayangan YouTube resminya, Rocky Gerung blak blakan menyebutkan bahwa dirinya mempertanyakan kenapa Anwar Usman tidak diberhentikan sebagai hakim MK walaupun terbukti melakukan pelanggaran etika yang serius.
"Memang Jimly meninggalkan Semacam taktik, bahwa nanti di balikin ke MK, supaya MK putuskan sambil menunggu Kasus baru yang dalam 2 hari ini bisa di sidangkan"katanya seperti dikutip Youtube Rocky Gerung.
Lebih lanjut Rocky Gerung mengatakan, keraguan tentang keputusan MK yang memungkinkan Gibran tetap menjadi calon wakil presiden meskipun Anwar Usman telah diberhentikan dari jabatannya sebagai Ketua MK.
Ia menyatakan bahwa banyak pihak, termasuk dirinya sendiri, berharap ada terobosan hukum dari Anwar Usman, tetapi tidak terjadi. Rocky Gerung juga mengkritisi aspek etika dalam keputusan tersebut.
Ia juga menekankan bahwa etika adalah hal yang melekat pada karakter manusia, dan jika karakter seseorang rusak, maka itu menjadi dasar untuk diberhentikan.
Menurut Rocky Gerung, Gibran Rakabuming Raka adalah saudara Anwar Usman, dan karena karakternya yang dinilai rusak, ia juga seharusnya diberhentikan dari jabatannya.
"Ini menunjukkan bahwa Anwar Usman tidak memahami pentingnya etika yang melekat pada manusia. Ia membandingkan kasus ini dengan etika yang harus dipatuhi oleh semua manusia," tukasnya.
Rocky Gerung juga menyebutkan bahwa keputusan Jimly Asshiddiqie, Ketua Majelis Kehormatan Etik MK, tidak hanya berkaitan dengan administrasi, tetapi juga dengan nilai-nilai politik dan etika yang menjadi dasar bagi keadilan.
Lalu, Ia juga mempertanyakan mengapa Jimly tidak mengambil langkah yang lebih radikal dalam menangani masalah ini.
Namun, Rocky Gerung juga mencatat bahwa keputusan Jimly dapat dianggap sebagai pengalihan masalah ke MK dengan harapan bahwa MK akan membatalkan keputusan ini berdasarkan kasus-kasus baru yang mungkin muncul.
" Ini menunjukkan bahwa Jimly juga memiliki trik dalam permainannya," tuturnya.
Dalam keseluruhan analisis etika dan politiknya, Rocky Gerung mengkritik bahwa keputusan Jimly tidak memenuhi tuntutan keadilan secara optimal dan mendesak masyarakat untuk terus memantau perkembangan situasi ini.
Poin utama dari kritik Rocky Gerung adalah bahwa keputusan Jimly seharusnya lebih radikal dalam menghadapi pelanggaran etika yang terjadi dan mengambil tindakan yang sesuai dengan tuntutan nilai politik dan keadilan masyarakat.
Selain itu, Rocky Gerung juga menyoroti pentingnya keadilan dalam konteks pemilihan presiden dan dampaknya terhadap legitimasi calon wakil presiden seperti Gibran Rakabuming Raka.