Kisah Rencana Tersembunyi Prabowo saat Hadap Presiden Habibie: Penasaran?
- Siap.Viva.co.id sumber. Istimewa
Siap –Pada Kamis, 21 Mei 1998, Indonesia diguncang oleh perubahan politik yang mendebarkan. Presiden Soeharto meletakkan jabatannya, dan Bacharuddin Jusuf Habibie mengambil alih sebagai Presiden Republik Indonesia.
Keesokan harinya, di Istana Merdeka, Jakarta, Presiden Habibie memutuskan untuk mengumumkan susunan kabinet barunya.
Namun, saat Habibie tiba di Istana Merdeka, pertemuan dengan Panglima ABRI saat itu, Jenderal Wiranto, mengubah dinamika politik yang sudah tegang.
Wiranto memberikan laporan tentang pergerakan pasukan Kostrad di luar Jakarta, yang membuat Presiden Habibie merasa bahwa Panglima Kostrad, Prabowo Subianto, telah bertindak tanpa izin.
Dalam sekejap, Presiden Habibie memerintahkan pencopotan Prabowo dari jabatannya.
Keputusan ini mengguncang banyak pihak, terutama militer.
Johny Lumintang kemudian diangkat sebagai Panglima Kostrad menggantikan Prabowo
Prabowo, yang baru dua hari kehilangan jabatannya, meminta pertemuan dengan Presiden Habibie.
Pertemuan mereka pada Sabtu, 23 Mei 1998, di Istana Negara, Jakarta, berlangsung panas.
Prabowo menganggap dirinya telah dipecat. Sementara, Habibie menyatakan bahwa Prabowo hanya diganti jabatan.
Debat tersebut semakin memanas ketika Prabowo terus menanyakan alasan di balik keputusan tersebut.
Habibie akhirnya menjelaskan bahwa tindakan tersebut diambil untuk mengamankan presiden dan Istana Merdeka.
Prabowo berusaha meyakinkan Habibie untuk mempertahankan jabatannya, tetapi Presiden Habibie tetap pada pendiriannya.
Ia menawarkan Prabowo jabatan duta besar, yang Prabowo tolak dengan tegas. Prabowo hanya menginginkan untuk tetap memimpin pasukan Kostrad.
Debat sengit ini berlanjut hingga akhirnya penasihat militer presiden, Letjen Sintong Panjaitan, meminta Prabowo untuk pergi.
Meskipun mereka berdebat keras, Habibie masih menyampaikan salam hormatnya kepada Prabowo dan keluarganya.
Pencopotan Prabowo Subianto dari Panglima Kostrad menjadi salah satu momen bersejarah dalam politik Indonesia, menandai awal dari perubahan besar yang akan terjadi selama era Habibie.