Gawat, Tiktok Dikabarkan Bakal Diblokir Bulan Ini, Bagaimana Nasib Konten Kreator?
- Istimewa
Siap –Aplikasi media sosial platform Tiktok dikabarkan bakal diblokir atau di Banned di Amerika Serikat (AS) mulai 10 Januari 2025 mendatang alias bulan ini.
Sontak kabar pemblokiran media sosial Tiktok tersebut menjadi buah bibir dan ramai diperbincangkan publik terutama warganet di jagat maya.
Rencana pemblokiran Tiktok tersebut disebutbbakal membawa dampak yang signifikan terutama terhadap masa depan konten kreator yang menggantungkan hidupnya di platform itu.
Karenanya, Mahkamah Agung AS akan mendengarkan argumen pada 10 Januari 2025 terkait undang-undang yang mengharuskan TikTok memutus hubungan dengan ByteDance, perusahaan induknya di Tiongkok.
Jika keputusan tidak menguntungkan TikTok, platform ini terancam diblokir mulai 19 Januari mendatang. TikTok memperkirakan akan kehilangan sepertiga pengguna harian di AS dalam waktu satu bulan setelah pemblokiran.
Dampak terbesar akan dirasakan oleh para kreator konten dan pemilik bisnis kecil.
Gillian Johnson, seorang pembuat film muda, mengaku bergantung pada pendapatan TikTok untuk membeli peralatan seperti lensa kamera dan perangkat lunak pengeditan.
"Platform lain tidak memberikan eksposur seunik TikTok," ungkap beberapa kreator yang mulai mempertimbangkan pindah ke Instagram dan YouTube, atau bahkan berhenti membuat konten dilansir dari AP News, Rabu 8/1/2025.
Potensi kerugian ekonomi dari pemblokiran ini sangat besar. Goldman Sachs memperkirakan ekonomi kreator, yang didominasi TikTok, akan mencapai US$480 miliar pada 2027.
Sementara itu, Brandon Hurst, seorang penjual tanaman, melaporkan penjualannya meningkat dua kali lipat setelah menggunakan TikTok.
"Saya merasa cemas tetapi juga mencoba untuk tetap berharap," kata Brandon Hurst, yang memuji TikTok karena telah menyelamatkan bisnisnya dari ketidakjelasan dan mendorongnya menuju pertumbuhan yang cepat.
CEO Billion Dollar Boy Edward East menyarankan kreator untuk mengambil langkah antisipasi.
"Kreator harus membuat portofolio pribadi dari konten TikTok mereka untuk membangun audiens di platform lain dan menarik perhatian brand," sarannya.
Meski pengguna yang sudah memiliki aplikasi masih bisa mengakses TikTok setelah pemblokiran, ketiadaan pembaruan akan membuat aplikasi tidak berfungsi dalam jangka panjang.
Penyedia layanan internet dan toko aplikasi akan dilarang menyediakan TikTok.
Di tengah ketidakpastian ini, para kreator menghadapi dilema antara tetap fokus di TikTok atau mulai membangun eksistensinya di platform lain.
Banyak yang memilih untuk mengunduh semua konten mereka sebagai langkah antisipasi.
Namun demikian, Pemerintah AS bersikeras TikTok adalah ancaman keamanan nasional, sementara platform ini berargumen larangan tersebut melanggar Amandemen Pertama tentang kebebasan berbicara.
Mahkamah Agung AS kini harus mempertimbangkan tidak hanya aspek hukum, tetapi juga dampak sosial dan ekonomi yang luas dari keputusan ini.