P2G: Libur Sekolah Ramadan Berisiko Hambat Capaian Kurikulum Siswa

Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim
Sumber :
  • Tvone

Siap – Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyoroti potensi dampak negatif jika Pemerintah memutuskan untuk meliburkan sekolah selama bulan Ramadan

P2G Minta Kemdikdasmen Jangan Gegabah Hidupkan Kembali Ujian Nasional 2026

Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan lima faktor penting dalam menentukan kebijakan tersebut.

1. Hak Pendidikan Semua Siswa Terpenuhi

Astaga, Sekolah Ini Berikan Wadah Makan Bunatang ke Para Siswa, Anda Tega.....

Satriwan mengingatkan bahwa kebijakan libur sekolah selama Ramadan harus adil bagi semua siswa, termasuk yang beragama non-Islam.

"Jika libur ini hanya mengakomodir siswa muslim, siswa non-muslim akan kehilangan layanan pendidikan, sedangkan jika mereka tetap sekolah, ini akan mendiskriminasi siswa muslim," ujar Satriwan seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Sabtu, 4 Januari 2025.

3 Video Syur yang Bikin Heboh di 2024, Mulai dari Ibu Setubuhi Anak hingga Guru Mesum di Sekolah

2. Dampak Bagi Guru Sekolah Swasta

P2G juga mengkhawatirkan gaji guru di sekolah swasta yang bisa terpotong signifikan jika libur Ramadan diterapkan sebulan penuh.

Menurut Satriwan, 95 persen madrasah di Indonesia adalah madrasah swasta yang seringkali dikelola dengan anggaran terbatas, dan sebagian besar guru di madrasah tersebut bergaji di bawah Rp 1 juta per bulan.

"Ini akan memperburuk kondisi ekonomi guru-guru swasta," katanya.

3. Penyesuaian Jadwal Belajar Selama Ramadan

Satriwan menilai bahwa alih-alih meliburkan sekolah, pemerintah dapat memodifikasi jam belajar selama Ramadan.

Misalnya, mengurangi durasi jam pelajaran dari 45 menit menjadi 30-35 menit, mengatur jam masuk yang lebih siang, atau mengadakan program Pesantren Ramadan.

Dengan cara ini, siswa tetap bisa belajar sambil menjalankan ibadah puasa.

"Jika siswa diliburkan, kurikulum akan banyak tertinggal," tegas Satriwan.

4. Kurangnya Pengawasan Selama Libur

Satriwan menekankan bahwa jika sekolah diliburkan, orang tua harus bertanggung jawab penuh atas pengawasan belajar di rumah.

Namun, sebagian besar orang tua yang bekerja tidak dapat mengawasi anak-anak mereka secara efektif. 

"Penting untuk memastikan ada mekanisme pengawasan yang memadai," ujar Satriwan.

5. Risiko Dampak Negatif Libur Ramadan yang Terlalu Lama

Libur panjang berpotensi meningkatkan learning loss atau kehilangan pembelajaran, terutama di negara-negara subtropis yang juga meliburkan sekolah saat musim panas. 

"Harus ada persiapan matang, seperti kursus intensif atau kegiatan perkemahan, untuk mengisi waktu libur," jelas Satriwan.

Selain itu, waktu libur di rumah bisa menyebabkan adiksi pada gawai, dengan anak-anak menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial, yang dapat mengakses konten negatif.

Kekerasan Remaja dan Kegiatan Bermasalah

Satriwan juga mengingatkan bahwa libur panjang selama Ramadan dapat memperburuk masalah sosial pada remaja, seperti tawuran dan kekerasan lainnya.

"Pada bulan Ramadan, anak-anak remaja lebih banyak berkeliaran di luar rumah hingga malam hari, bahkan sampai sahur," tandasnya.

Beberapa daerah di Indonesia bahkan telah melarang kegiatan Sahur on The Road untuk menghindari potensi kekerasan.