Kumandangkan Jihad Bela Damkar Hadapi Walikota Depok, Dedi Mulyadi: Itulah Penista Agama!
- Istimewa
Siap – Calon Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi melontarkan kritik keras terhadap persoalan yang terjadi pada Dinas Damkar Kota Depok.
Dedi terlihat cukup kesal lantaran mengetahui ada seorang petugas Damkar Depok yang tewas hanya hanya masalah sederhana, yakni tidak adanya masker dan oksigen saat bertugas.
"Anggota Damkar meninggal, masalahnya sederhana, enggak pakai masker oksigen. Anggota Gerindra harusnya cepat bertindak komisinya panggil itu walikotanya," tantang Dedi dihadapan para kader Gerindra Depok dikutip pada Rabu, 30 OKtober 2024.
"Ini kota, anggaran triliunan rupiah tapi beli masker aja nggak bisa," sambungnya.
Menurut Dedi Mulyadi, persoalan Damkar harus mendapat pembelaan.
"Ini jihad fisabilillah. Ini kewajiban agama. Saya katakan, ini adalah kewajiban agama dan ini adalah pelaksanaan ajaran Islam," tegasnya.
"Saya selalu ngomong berulang-ulang, ketika saya jadi bupati, saya meminta Ketua MUI awasi Keislaman Dedi Mulyadi. Dari mana? dari sudut anggaran," ujarnya.
Dedi menilai, kalau anggaran yang dialokasikannya untuk menggratiskan rakyat dari biaya pengobatan, dari biaya pendidikan, membangun infrastruktur yang baik.
Kemudian anggarannya digunakan membangun rumah rakyat miskin, anggaran untuk memberikan jaminan hari tua, jaminan kematian, jaminan kelahiran, memberikan jaminan bagi masyarakat yang mengalami kecelakaan kerja istilahnya kerja informal.
"Itu artinya saya telah melaksanakan ajaran Islam dengan baik. Karena fungsi anggaran itu dalam kaidah Islam seperti zaman Nabi yang disebut baitul mal," terangnya.
Dedi Mulyadi mengungkapkan, baitul mal itu dipergunakan untuk menyelesaikan masalah, nah pelaksanaannya itu tanggung jawab negara.
"Karena negara sudah punya pajak. Jadi siapa yang menistakan agama? Siapa yang menghianati agama?" tanya Dedi.
"(Penista agama) ada mereka yang menghambur-hamburkan anggaran negara untuk kepentingan pribadinya, keluarganya, kelompoknya, golongannya dan membiarkan rakyat menderita, itulah penista agama," tegasnya.
"Kenapa? Karena agama memerintahkan, tapi Anda tidak mentaatinya. Quran kan sudah menyatakan celakalah orang-orang yang salah. Orang-orang yang lalai dalam salatnya tidak fokus," tuturnya.
Kemudian, lanjut Dedi Mulyadi, dalam Quran juga dijelaskan, celakalah orang-orang yang tidak memberikan makan terhadap anak yatim dan fakir miskin.
"Jadi jangan kita mengelabui masyarakat dengan membangun seolah-olah kita paling beragama, tapi giliran dapat bantuan untuk aspirasi diberikan kepada keluarganya, pada kelompoknya, dipotong 50 persen. Jangan itu."
Dia menyebut, rakyat sudah pintar.
"Nah untuk itu para anggota DPRD kritis. Ikuti pesan papa Prabowo efisienkan anggaran, karena anggaran jangan terlalu banyak kunjungan kerja jelas kok perintahnya," ucap dia.
"Nah kalau seperti itu kota masa urusan Damkar saja enggak beres. Kalau anggota DPRD-nya diam juga mau apa? Ini penting."
Hal sederhana lainnya yang disorot Dedi Mulyadi terkait persoalan Damkar Depok adalah ketika tentang ambulans yang tidak dilengkapi tabung oksigen.
"Tahu enggak? Kalau di luar negeri ini sudah bisa digugat di pengadilan loh dan sudah harus bertanggung jawab itu pemerintahnya, di Indonesia diam aja. Ini rakyat. Ini kenyataan. Negara masa enggak mampu beli masker dan oksigen?" tanya Dedi.
Tak hanya itu, ambulan yang digunakan saat tragedi tewasnya petugas Damkar Depok ternyata milik relawan yang tidak sesuai SOP.
"Harusnya setiap pemadam kebakaran ada ambulans dan perawat dengan seluruh kelengkapannya, ini standar kerja. Harus ada ambulans yang mendampingi kebakaran," pungkasnya.