Tangan Dingin Rusmawati Putus Mata Rantai Kemiskinan Masyarakat Pesisir

Potret ilustrasi
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Fasilitas pendidikan yang sulit diakses menjadi salah satu faktor kemiskinan yang terjadi di perkampungan nelayan, Pesisir Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Kantongi Dukungan Masyarakat Minang, Supian-Chandra Janji Tuntaskan Masalah yang Ada di Depok

Lantaran hal tersebut, banyak anak-anak di sana yang terpaksa putus sekolah dan menggantungkan hidupnya sebagai nelayan, meneruskan jejak orang tuanya.

Ironisnya lagi, rata-rata warga di Pesisir Serdang Bedagai punya semboyan yang cukup konyol.

BPBD DKI Jakarta Merilis Peringatan Dini untuk Mewaspadai Potensi Banjir Rob 8–12 Mei

"Kerja tak kerja, asal hidup enak."

Berangkat dari keprihatinan itulah, sosok wanita bernama Rusmawati akhirnya ambil bagian untuk memutus mata rantai kemiskinan di Pesisir Serdang Bedagai tersebut.

Heboh Soal Informasi Ada Tsunami di Sumatera di Medsos, Begini Penjelasan BMKG

Wanita yang aktif dengan kegiatan sosial sebagai anggota LSM Aktivis Hapsari itu merasa perlu untuk merubah nasib warga di sana.

Rusmawati yang fokus pada pemberdayaan perempuan itu akhirnya berpikir keras untuk berbuat sesuatu.

Tanpa perlu berlama-lama, ia pun memulainya dengan mendirikan Sanggar Belajar Anak.

Wanita kelahiran Desa Bingkat, 2 Februari 1976 ini, bergerak bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Serikat Petani Pesisir dan Nelayan (SPPN).

Sejak berdiri hingga sekarang, pendanaan SBA (honorarium guru dan operasional sehari-hari) berasal dari kucuran dana Hapsari, organisasi induk SPPN, SPP. Rusmawati tidak mematok tarif tinggi untuk program belajar mengajarnya itu.

Ia hanya menarik iuran ala kadarnya, yakni sekira dari Rp 8.000-10.000 ribu per bulan, dan bantuan dari lembaga asing.

“Ibu-ibu wali murid juga dilatih berorganisasi dan berdiskusi yang menyangkut persoalan perempuan, ekonomi, sosial, dan budaya setempat,” katanya.

Selain berdiskusi, Rusmawati juga mengajak warga sekitar untuk membentuk lompok guna mengelola pinjaman lunak.

Dalam empat tahun terakhir, ada 40 ibu rumah tangga mendapatkan pinjaman Rp 1 juta per orang yang digunakan untuk beternak ayam dan bebek, berkebun sayur di rumah, membuat ikan asin.

Alhasil peternak pun kini bisa tersenyum. Berkat kegigihannya itu, pada tahun 2011 Rusmawati berhasil mendapatkan penghargaan dari SATU Indonesia Awards yang diselenggarakan oleh PT. Astra Internasional.