Mengenal Tokoh Muslim Tionghoa Pencomblang Sukarno-Fatmawati
- Istimewa
Setelah menelpon Bung Hatta, mereka sama-sama berangkat menjenguk.
Usai berhasil melewati pengawalan ketat, Karim Oei dan Bung Hatta mendapati Si Bung terkapar lemas.
Matanya terbuka dan tidak bergerak sedikit pun. Napas dan detak jantungnya lemah sekali.
"Air mataku menetes tak tertahankan. Mungkin ini terakhir kali aku melihat dan menjumpai teman akrabku ini, pikirku," kata Karim Oei pada Yunus Yahya dalam Peranakan Idealis, Dari Lie Eng Hok Sampai Teguh Karya.
Tak lama setelah itu Bung Karno berpulang, 21 Juni 1970.
Delapan belas tahun usai kepergian karibnya, Karim Oei pun berpulang di usia 83 tahun.
Jejak perjuangan dan tapal baktinya di dunia Islam tak bisa dikesampingkan.
Pada 1991, beberapa organisasi Islam, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Al-Wasliyah, Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan keluarga muslim Tionghoa mendirikan Yayasan Haji Karim Oei di jalan Lautze 87-89, Pasar Baru, Jakarta.
Terdapat masjid besar yang biasa disebut Masjid Lautze.
"Inilah satu-satunya masjid memakai nama seorang Nabi Tionghoa, Lau Tze!" tulis Yunus Yahya.