Mengurai Jejak Suku Hokkian di Kota Bogor

Jalan Surya Kencana, Bogor, pada masa pemerintahan Hindia-Belanda.
Sumber :
  • kominfo.kotabogor.go.id

Dengan memanfaatkan lahan yang kosong, yang ketika itu masih hutan belantara, mereka mendirikan sebuah bangunan yang menjadi ciri khas dari etnis tersebut. Nama bangunan itu adalah Hok Tek Bio yang sekarang berubah menjadi Vihara Dhanagun.

Menurut penjelasan Ayung yang sudah 11 tahun menjadi pengurus di sana, setelah mengungsi dari Batavia, lalu mereka (Tionghoa) mendirikan Hok Tek Bio (kelenteng) pada tahun 1746 Masehi.

Perekonomian dan kesejahteraan etnis Tionghoa pun perlahan membaik. Dalam hal ini, katanya, tentu ada peranan masyarakat lokal yang begitu ramah menerima kehadiran mereka.

Generasi pertama Tionghoa, kata Ayung, sangat menjaga hubungan baik dengan masyarakat asli sehingga dari situlah asimilasi budaya bahkan kawin silang antara Tionghoa dengan masyarakat lokal marak terjadi.

"Kalau masalah budaya, melebur menjadi satu. Perkawinan budaya dan juga pernikahan antara Tionghoa dengan masyarakat lokal. Dan untuk masalah agama, dari dulu tidak ada masalah. Kenyataan, tetap rukun hingga tua," katanya.

Selain membaur dalam kerukunan, orang-orang Tionghoa yang pada dasarnya memang untuk berdagang, lambat laun memberdayakan masyarakat sekitar. Dengan mengandalkan tenaga masyarakat lokal, orang-orang Tionghoa kemudian merekrut mereka sebagai pekerja.

"Keakraban semakin erat ketika masyarakat juga diajak untuk bekerja. Itulah juga yang menyebabkan etnis Tionghoa semakin nyaman berada di Bogor. Sekarang, bisa kamu lihat di jalan ini. Begitu damai dengan keanekaragaman yang ada," tandasnya.