Catatan Hitam STIP: Bahtera Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Karam Akibat Salah Nakhoda
- Istimewa
2. Dimas Dikita Handoko (korban ditahun 2014).
3. Amirulloh Adityas Putra (korban ditahun 2017).
4. Putu Satria Ananta (korban ditahun 2024)
Dwiyono berpendapat, ini tidak sesederhana yang diberitakan banyak media, bahwa mereka hanya sebatas korban pemukulan akibat dari ada yang pemukul dan yang dipukul.
"Coba kita amati secara seksama ilustrasi aliran air sungai. Sungai mengalir dari hulu dengan air jernih mengarah ke hilir. Bila terjadi di hilir ternyata warna airnya keruh berpolutan, hanya ada dua sumber polutan kemungkinan penyebabnya."
Yakni, kata Dwiyono, alam yang kategorinya adalah ulah siklus alam (force majeure/act of God). Lalu, manusia perekayasa yang pongah merasa tahu semua. (human error/act of human being).
Bak alur sungai dengan alur proses pendidikan, ada hulu sebagai pengkonsep (warna) kebijakan dan hilir sbg pelaksana (warna) kebijakan.
Investigasi dan evaluasi terhadap rentetan penyebab polutan akibat human error policy makers berakibat rantai mis-management system education inilah yang harus dengan nyali kejujuran dilakukan oleh negara, dipimpin oleh seorang pemimpin yang waras.
"Jangan dibiarkan penggiringan dan pembenaran tetap terjadi, bahwa sang nakhoda di atas bahtera yang tidak kompeten membuat rekayasa laporan dengan otoritasnya dan menjadi konsumsi publik."