Mengenal Sosok Tjoa Tek Swat: Ketika Seorang Pendeta Angkat Senjata
- Dok/Wiki Commons
Ia menempuh pendidikan dasar dan menengah di ibu kota selanjutnya mendalami teologi di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta yang kala itu masih bernama Hoogere Theologische School(HTS) kemudian mendalami pendidikan kependetaan di Bogor.
Ia jugs tercatat sebagai salah satu lulusan pertama HTS dan menyandang gelar doktorandus teologi.
Tjoa Tek Swat melayani gereja di Jakarta yang jemaatnya terdiri dari orang-orang Tionghoa dan Belanda. Ia pernah melayani GKI Gunung Sahari (Gunsa), Jakarta. Ia juga membantu jemaat di gereja yang dulunya bernama GKJ Senen yang diinternir oleh Jepang.
Dalam masa pelayanan terhadap jemaat, Tjoa Tek Swat menikah Lauw Tjoei Nio. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak yakni Max, Martha dan Peter.
Meski jemaatnya terdapat orang-orang Belanda, hal itu tidak menutup mata Tjoa Tek Swat untuk mengkritik pendudukan Belanda terhadap Indonesia.
Setelah Belanda angkat kaki dari Indonesia, ia kemudian berjuang di bawah tanah melawan penjajahan Jepang.