Ketika Hercules Tolak 'Service' Pedagang Terminal: Uang Itu Kayak Sampah!

Hercules mantan penguasa Tanah Abang
Sumber :
  • Tangkapan layar YouTube Karni Ilyas Club

Siap – Rosario de Marshall, lebih dikenal sebagai Hercules, adalah salah satu mantan preman yang namanya cukup melegenda hingga sekarang. Pada zamannya, ia dikenal sebagai penguasa Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Detik-detik Wanita Cantik dari Depok Masuk Islam Usai Bedah Isi Bibel

Namun siapa sangka, di balik nama besarnya yang dikenal sangar dan cukup ditakuti kawan maupun lawan, ternyata Hercules memiliki sifat yang cukup halus. 

Bahkan, sejak dulu rupanya ia dikenal kerap membantu orang susah. Lantas seperti apa kebaikan Hercules saat muda dulu? Berikut ulasannya. 

Habib Rizieq Bongkar Sosok Eks Bos Judi yang Jadi Watimpres: Kacau, Astagfirullahalazim!

Dikutip dari tayangan YouTube Karni Ilyas Club, sosok yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) itu mengakui, bahwa dirinya sempat berkuasa di Tanah Abang.

Menurut pengakuan Hercules, kala itu di sekitar bongkaran, Tanah Abang, banyak berkumpul tentara, dari berbagai macam angkatan. Nah di lokasi itu, dikenal dengan area judi mirip Macau.   

Sejumlah Tokoh Pembenci Islam Paling Berpengaruh di Belanda Akhirnya Bersyahadat, Kok Bisa?

"Kebetulan (tentara) yang ada di Tanah Abang itu dulu pernah tugas di Timor Timur, mereka pernah jumpa dengan saya semua, jadi kami akrab. Kami ketemu di bongkaran itu peluk-pelukan lah," tuturnya. 

Hercules menegaskan, bahwa dirinya bukanlah tipikal orang yang suka minta-minta, apalagi minta jatah preman. Meski dirinya sadar betul, saat itu ia cukup ditakuti. 

"Saya tidak pernah minta-minta, apalagi dengan cara kekerasan, cara premanisme itu. Kami orang dari sana itu punya rasa enggak enak, malu, kayak gitu. Jadi saya tidak pernah (meras). Kalau saya mau bisa aja, semua takut dengan saya apalagi saya dekat dengan militer (kala itu)," tuturnya. 

Hercules mengakui, ketika muda dulu dirinya sempat dipercaya untuk mengelola kawasan judi di Tanah Abang, Jakarta. Dari situlah ia meraup banyak uang. Namun menurutnya tidak berkah.

"Itu aja (judi) duitnya udah nggak karu-karuan, apalagi kita minta orang, minta sama pedagang, orang jualan. Ya kan jadi saya itu pantangan buat saya," tegasnya. 

Hercules bahkan teringat, untuk jajan di kawasan terminal saja dirinya kadang mengeluarkan uang lebih. Padahal, tak satupun pedagang yang berani nagih.

"Saya datang ke terminal itu anak buah saya empat orang, kalau saya minum teh botol itu dikasih gratis, nggak mau saya. Harganya saat itu per botol Rp 250 perak. Saya tahu, sedangkan yang jual itu cuma untung paling 100 perak atau paling tidak 150 perak." 

"Terus saya bayar tidak mau dia, tidak mau terima. Ini nggak bisa, karena bagi saya uang gampang. Itu (uang) kayak sampah. Akhirnya saya kasih itu uang, saya tidak ambil, bahkan (bayarnya) saya lebihin. Jadi itu yang saya selalu terapkan. Penghasilan saya itu dari judi itu."

Namun kini, itu semua tinggal kenangan. Hercules telah lama hijrah, meninggalkan dunia hitam tersebut sejak dirinya memutuskan untuk menjadi seorang mualaf

Kini, hari-harinya disibukkan dengan kegiatan religi, seperti mengasuh pesantren. Ia juga telah memiliki banyak usaha, yang bergerak di bidang swasta dan juga dipercaya sebagai ketua organisasi kemasyarakatan atau ormas.