Begini Respon Kementan soal Kelangkaan Beras di Pasaran

Ikhtiar Kementan ditengah naiknya harga beras
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Kelangkaan beras dipasaran telah menyebabkan harga kebutuhan pokok tersebut naik secara signifikan. Kondisi itu dipicu berbagai faktor. Lantas seperti apa upaya Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengatasinya. 

Kisah Mentan Amran Sendirian Nyusup ke Mafia Pangan: Aku Ini Kan Tim Sukses, Mau Juga Dong

Adapun penyebab naiknya harga beras disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah cuaca ektrim akibat hantaman El Nino, yang berdampak pada produktivitas sektor pertanian. 

Hal itu memicu pergeseran masa tanam dan masa panen menyebabkan kelangkaan beras dipasaran, sehingga menyebabkan harga kebutuhan pokok itu naik secara signifikan.

Keras! Mentan Andi Amran Coret Biaya Cipika Cipiki Demi Petani hingga Copot 11 Pejabat

Kondisi ini juga mendorong harga-harga komoditas lainnya naik sehingga memicu terjadinya inflasi.

Tak tinggal diam, Kementan pun terus melakukan pembenahan besar-besaran untuk meningkatkan produksi pangan strategis, utamanya padi dan jagung. Di antaranya dengan menggerakkan sumberdaya manusia (SDM) pertanian khususnya penyuluh pertanian, widyaiswara, guru dan dosen. 

Pengakuan Mentan Andi Amran Bongkar Modus Korupsi 11 Pejabat: 5 Menit Ngaku

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, dalam satu tahun ini pihaknya  focus menggerakkan SDM pertania untuk mendokrak produktifitas untuk menjaga ketersediaan pangan di Indonesia. 

“Kita fokus meningkatkan produksi dan produktivitas pangan Indonesia. Kita tidak sendiri ada PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) untuk mendampingi para petani di lapangan," katanya dikutip pada Selasa, 20 Februari 2024.

“Sedangkan masalah utama dalam penurunan produksi adalah pupuk, keterbatasan alsintan serta kesulitan benih. 2019-2022 swasembada kita raih 2 kali dan menurun karena El Nino, tapi saat ini kita bersinergi untuk meraih kembali swasembada,” sambungnya.

Tentunya, kata Andi Amran, hal ini menuntut peningkatan kinerja penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan pertanian sebagai fungsi peningkatan kualitas. 

"Dan juga kuantitas SDM pertanian melalui pendampingan efektif kepada pelaku usaha tani di lapangan," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, bahwa saat ini 10 negara sudah mengalami krisis pangan akibat dampak covid, climate change dan El Nino.

Bahkan Myanmar dan Vietnam yang merupakan negara produsen, menahan beras mereka untuk ekspor untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri.

“Peningkatan produktivitas dan produksi pertanian diantaranya tersedianya sarana prasarana pertanian seperti pupuk, benih, pestisida, irigasi, asuransi selain itu petani mengerti memahami informasi teknologi pertanian." 

Salah satunya, kata dia, dengan menggunakan varietas tinggi dan yang terpenting pastikan penyuluh pertanian mendampingi petani dalam implementasi teknologi pertanian.

Terkait pupuk, Dedi membeberkan lima kunci utama dalam pemupukan yang disebut 5 T. 

“Pertama adalah tepat jenis, pada saat pemupukan harus tepat menentukan jenis pupuk apa yang dibutuhkan oleh tanaman," katanya.

T kedua adalah tepat dosis. Tepat dosis memiliki tujuan agar dosis yang diberikan ke tanaman tidak terlalu banyak atau tidak terlalu sedikit. 

"Jika pemberian pupuk sedikit, tanaman masih kekurangan unsur yang dibutuhkan. Jika terlalu banyak tanaman akan overdosis dan bisa menjadi toksik," ujarnya.

Dihadapan peserta ToT, Dedi menambahkan 3 T lainnya, yakni tepat waktu, tepat cara, dan tepat sasaran.  Pemberian pupuk hendaknya dilakukan dengan baik dan benar. 

Misalnya, kata Dedi, dengan disesuaikan kapan tanaman ini membutuhkan asupan lebih unsur hara.

Hal ini bertujuan agar tanaman bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal. Lokasi dan tempat penanaman pun perlu diperhatikan.

"Contohnya, jika lokasi pemupukan terletak pada ketinggian dan kecepatan anginnya sangat besar, tidak disarankan menggunakan pupuk cair dan disemprotkan." 

Menurut Dedi, pemupukan juga harus memperhatikan cara peletakan pupuk pada tanaman. Sebab, hal ini bisa memengaruhi hasil penyerapan pupuk pada tanaman.

"Dan kunci yang terakhir adalah pemupukan harus sesuai dengan ketentuan. Cara pemberian pupuk yang salah dapat membuat pupuk terbuang sia-sia ataupun tercuci oleh air dan terdenitrifikasi," jelasnya. 

Lebih lanjut pria yang akrab disapa Prof ini meminta seluruh peserta ToT  memasifkan informasi terkait pertanian khususnya pemanfaatan pupuk guna peningkatan produktifitas pertanian khususnya padi dan jagung.