Menjejak Peran Kiai Nahdlatul Ulama untuk Stadion Gelora Bung Karno
Sabtu, 10 Februari 2024 - 10:08 WIB
Sumber :
- Pinterest.com/Fitri Mohede Vita
KH Saifuddin Zuhri dalam bukunya Berangkat dari Pesantren menulis, dalam perbincangan itu hampir disepakati sebuah nama untuk kompleks tersebut, Pusat Olah Raga Bung Karno.
"Nama itu tidak cocok dengan sifat dan tujuan olahraga," kata kiai sekaligus tokoh Nahdlatul Ulama.
Mendapati komentar itu, para hadirin termasuk Sukarno tampak tidak senang.
Baca Juga :
Siapakah Korban Peristiwa Berdarah G30S?
"Mengapa?" tanya Sukarno.
Suasana sekonyong tenang. Sang Kiai sejenak bergeming.
Baca Juga :
Dukung Supian-Chandra, Ulama Depok Ungkapkan Unek-unek Selama Dipimpin Rezim PKS: Janji Palsu
"Kata 'pusat' pada kalimat 'Pusat Olah Raga' itu kedengarannya kok statis, tidak dinamis seperti tujuan kita menggerakkan olahraga," kata KH Saifuddin.
Lagi dan lagi. Semua terdiam. Pertemuan itu sempat menjadi canggung. Beda hal dengan Sukarno, yang justru menyergah sang ulama sambil menanyakan usulan nama.
Halaman Selanjutnya
"Namanya adalah Gelanggang Olah Raga. Lebih cocok dan lebih dinamis," kata Kiai Saifuddin. "Nama Gelanggang Olah Raga Bung Karno kalau disingkat menjadi Gelora Bung Karno! Mencerminkan dinamika sesuai dengan tujuan olahraga."