Jasa Gus Dur untuk Perayaan Imlek
- Istimewa
Siap – Ajaran Bhinneka Tunggal Ika yang berarti mengakui dan menghormati segala perbedaan dan keanekaragaman tanah air setiap tahun kian luntur.
Budayawan mendiang Yapi Panda Abdiel Tambayong atau yang familier dengan nama pena Remy Sylado (74) mengaku prihatin dengan kondisi yang terjadi akhir-akhir ini.
Menurut Remy saling menghargai dan menghormati semakin terkikis dan terganti dengan kepentingan kelompok ego sektoral. Atas dasar itulah Remy menilai bangsa Indonesia perlu belajar kepada Presiden RI ke-4 KH. Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur.
“Selalu ada orang yang berpikir mundur dengan membalik ke-Ika Tunggal Bhinneka, atau menyatukan yang beragam sesuai ego sendiri. Ini berbahaya. Karena itu, kalau Nahdlatul Ulama tahun ini sedang punya gawe Muktamar, maka kebinekaan dari Gus Dur perlu diteladani,” katanya seperti dilansir dari NU Online, beberapa tahun lalu.
Lebih lanjut Remy mengaku bahwa sosok Gus Dur bukan hanya dipandang sebagai kepala pemerintahan belaka, melainkan juga sebagai seorang tokoh yang mampu mengimplementasikan ajaran Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan nyata.
“Buat saya, Gus Dur memang seorang kiai yang paling laras mencontohi antara bicara dan berbuat. Agaknya dalam waktu-waktu mendatang, jika NKRI tetap ada mencari tokoh plural seperti Gus Dur memang sulit,” sambung sastrawan terkemuka.
Selain itu, Remy juga menganggap Gus Dur sebagai guru bangsa dalam urusan kebinekaan. Sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan kepada Gus Dur, Remy memasukkan ide dan gagasan Gus Dur dalam novelnya berjudul Sinolodi Dalam Fiksi.
“Kalau tidak ada Gus Dur misalnya, orang Tiongkok tidak bisa lagi merayakan Imlek. Malahan terus dicurigai dan didiskriminasi,” tandas Remy.