Arah Pemilih Pemula Soal Menentukan Pilihan di Pemilu 2024, Informasi Medsos Mendominasi
- Istimewa
Siap –Menelisik potensi pemilih pemula dari kelompok generasi milenial atau Gen Z yang jumlahnya lebih dari 113 juta pemilih dan mendominasi dalam Pemilu 2014 karena mencapai 56,45 persen dari total keseluruhan.
Seperti diketahui, menurut UU Pemilu Bab IV pasal 198 (Ayat 1), Pemilih Pemula adalah Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara sudah genap berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah/pernah menikah, yang mempunyai hak memilih dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu.
Nah, dengan banyaknya jumlah tersebut, kira - kira kemana mereka akan menjatuhkan pilihan dalam Pemilu 2024 yang akan berlangsung pada 14 Februari nanti?
Pasalnya, suara pemilih pemula atau yang saat ini lebih dikenal dengan Gen Z memiliki potensi besar dan menjadi incaran baik di Pilpres maupun Pileg untuk mendongkrak suara.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun dari beragam sumber, para pemilih pemula ini masih bimbang dalam menentukan pilihan dalam Pemilu 2024 mendatang. Ditengah kebimbangan tersebut, tak jarang mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan informasi dari berbagai platform media, terutama medsos.
Hal tersebut diungkapkan oleh Anto (17 tahun) pelajar asal Jakarta, Ia mengatakan bahwa baru kali pertama untuk menggunakan hak suara dalam pemilu tahun ini.
Kalau untuk Pileg, kata Anto, dirinya mengaku menimbang dari unsur kedekatan dan para calon itu sendiri, atau calon yang ia kenal saja.
“Kalau pileg memilih yang tetangga saja mas. Misalnya satu kelurahan atau dari satu kecamatan. Jadi biar benar-benar bisa memperjuangkan keinginan warga di sini. Tapi kalau untuk pilpres saya belum punya pilihan,” katanya.
Anto menuturkan, ada banyak mendapat pandangan dari lingkungan di sekitarnya. Dia melihat ketokohan caleg dari interaksi dan bantuan yang diberikan kepada warga dan sejenisnya.
"Sementara untuk pilpres saya lebih banyak bertanya pada orang-orang di sekitar, termasuk berdiskusi dengan orang tuanya," terangnya.
Hal senada pun diungkapkan Agus 17 yang mengaku banyak mendapat arahan dari orang tuanya tentang siapa yang baik untuk dipilih pada pemilu nanti. Dia mengaku tidak begitu tertarik dan belum begitu banyak melihat manfaat dari menggunakan hak pilihnya.
Namun dari berdiskusi dengan orang tua dia mulai memiliki pandangan akan sosok yang akan dia pilih ke depan.
“Sudah ada pandangan. Misalnya kalau calegnya ini saja, presidennya yang ini saya, begitu Mas. Yang paling banyak memengaruhi pilihan tentu orang tua. Saya ikut saja yang menurut orang tua baik,”kata Agus.
Berbeda dengan Siti, ia memiliki pandangan lain dalam menggunakan hak pilihnya ke depan.
Siti mengaku cukup aktif berdiskusi dengan kawan-kawannya terkait sosok pemimpin idela di masa mendatang.
“Saya dan kawan-kawan ini sebetulnya sering diskusi atau bahkan ngobrol ringan soal sosok dan program-program yang ditawarkan capres dan caleg.Jadi sepertinya sudah punya pandangan siapa yang akan saya pilih ke depan,” ungkap Siti.
Dalam setiap diskusi yang membahas soal calon pemimpin ideal, dia dan kawan-kawannya rutin memantau media sosial kandidat-kandidat yang berkontestasi pada pemilu tahun ini.
Misalnya kandidat pilpres, dia akan dengan mudah membahas postingan-postingan di berbagai media sosial sang tokoh untuk jadi obrolan di antara teman-temannya.
Dia menganggap bisa melihat track record sang calon pemimpin.
“Kalau soal pilpres kan ketiga paslon itu pernah ada di pemerintahan. Dari sana saya dan kawan-kawan ini akan melihat program dan apa yang sudah dilakukan selama ini. Kira-kira cocok tidak dengan apa yang kami, anak muda ini inginkan,” kata Siti.
Sebagai anak muda yang memiliki patokan ideal bagi pemimpin masa depan, Siti dan kawan-kawannya mengaku kerap mengikuti informasi terbaru yang beredar terkait Pemilu 2024.
Mereka bahkan mengaku menyaksikan debat pilpres yang disiarkan di televisi secara utuh agar lebih yakin saat memberikan dukungannya ke depan.
“Anak muda itu bukan hanya diwakili dari usia yang masih muda, namun lebih pada program yang mendukung potensi dan pengembangan anak muda ke depan. Misalnya di isu-isu lingkungan, lapangan pekerjaan, dan soal perekonomian seperti nilai UMK/UMR yang masih rendah dan sebagainya,”pungkasnya.