Kemenkominfo Waspada Serangan Siber Data Pemilu 2024: Sangat Masif!

Kemenkominfo soal kejahatan siber jelang Pemilu 2024
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Ditjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tengah fokus menghadapi potensi adanya berbagai persoalan digital jelang perhelatan akbar Pemilu 2024.

Kena Marah 2 Kali tapi Tetap Jadi Orang Kepercayaan Megawati, Ternyata Ini Rahasia Bambang Pacul

Terkait hal itu, keamanan siber menjadi menjadi pembahasan penting dari webinar literasi digital yang digelar Ditjen Aptika Kemenkominfo pada Kamis, 25 Januari 2024.

Kegiatan yang diisi oleh tiga narasumber penting, mulai dari Wakil Ketua DPR-RI, Lodewijk F Paulus, Prof Dodo Muktiyo selaku Praktisi Literasi Digital dan Akademisi Yuri Rahmanto itu dilaksanakan untuk mengantisipasi penyimpangan penggunaan teknologi dan pencurian data pribadi saat Pemilu.

Apresiasi Penyelenggaraan Pemilu, Ansor Depok: Terima Kasih Para Pahlawan Pilkada

Dalam paparannya, Lodewijk F Paulus menyebut bahwa di era digital saat ini media sosial kian salah digunakan. 

Musabab, kini hal tersebut menjadi tempat sarana penyebaran informasi hoax, sara dan lainnya yang menyesatkan masyarakat.

Bocoran Warna dan Performa Mengesankan: Galaxy S25 dan S25+ Siap Debut dengan Desain Baru dan Chipset Canggih!

Dia berpendapat bahwa informasi hoax yang kerap didapati masyarakat adalah buah dari mudahnya akses informasi yang didapat di media sosial. 

"Perkembangan teknologi ini begitu pesat. Namun tentunya ada positif dan negatifnya. Maka di tengah mudahnya mendapatkan informasi, maka harus semakin bijak pula untuk mencernanya," kata Lodewijk dalam keterangan tertulis yang diterima siap.viva.co.id pada Jumat, 26 Januari 2024.

Terlebih pada saat Pemilu, lanjutnya, maka masyarakat pengguna smartphone harus lebih teliti dalam menerima informasi yang kebenarannya belum bisa dipertanggungjawabkan.

Sebab, menurut dia, jika informasi hoax dicerna dengan mentah-mentah, maka bukan tidak mungkin bisa terjadi perpecahan.

“Jangan mudah terprovokasi dengan judul berita yang diterima. Bersikap kritis terhadap apapun yang didapat, gunakan logika saat mendapat suatu berita yang belum diketahui kebenarannya,” jelas Lodewijk.

Sementara itu, Praktisi Literasi Digital, Prof Dodo Muktiyo mengatakan, proses pencernaan informasi hoax oleh pengguna smartphone bisa terjadi ketika kondisi fisik sedang kelelahan.

"Kondisi ini membuat penerima informasi tidak stabil. Sehingga ketika dalam keadaan lelah, maka berhenti lah," kata dia.

Namun jika pada saat itu tetap memaksakan diri karena ingin mengetahui informasi, maka harus bisa dipastikan siap dan konsentrasi dan tidak hanya percaya pada satu sumber informasi.

"Terlebih pada saat Pemilu ini, jangan mudah terprovokasi narasi-narasi yang menggiring kita ke informasi yang hoax. Kita punya hak untuk memilih dan bebas untuk memilih siapa yang kita anggap baik. Karenanya kita harus dewasa, harus mawas diri dalam menyongsong Pemilu ini," tuturnya.

Di samping itu, Akademisi Yuri Rahmanto mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan data pribadi yang bisa dengan mudah dicuri di tengah kemajuan teknologi saat ini.

"Data pemilu itu jadi incaran serangan siber, dan itu sangat masif. Ini menjadi bahaya karena dampaknya selain merusak sistem informasi dan pelayanan publik tapi juga bocornya data pribadi," kata dia.

Selain data pribadi bocor, Yuri menyebut bahwa hal tersebut juga bisa menjadi boomerang yang berpotensi mengacaukan situasi politik di Indonesia.

"Ini akan menyerang kita juga secara individu dan berpotensi menimbulkan kekacauan politik dan menimbulkan ketidakpercayaan kita terhadap pemilu. Sehingga harus lebih bijak dan harus sadar dengan keamanan digital kita," katanya.