Tiga Latihan Paling Mengerikan Pasukan Elite, Nomor Dua Bikin Sport Jantung

Pasukan elite Indonesia.
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Kehebatan pasukan elite TNI memang kerap menjadi sorotan dunia. Namun, untuk menjadi prajurit pasukan khusus tidaklah mudah. 

Eks Prajurit TNI yang Membelot ke OPM Tewas Ditembak, Begini Kronologinya

Mereka harus menjalani latihan yang benar-benar gila dan dianggap mengerikan oleh banyak pihak luar. Bahkan, latihan dan pendidikan yang dilalui para prajurit pasukan elite ini "sangat dekat dengan nyawa".

Sejatinya sangat banyak jenis latihan-latihan mengerikan yang harus dijalani para prajurit pasukan elite TNI.

Saling Tembak saat Aparat Gabungan Gerebek Markas KKB, Temukan Amunisi dan Jenazah

Berikut rangkuman tiga latihan mengerikan prajurit pasukan elite TNI yang disebut-sebut gila dan mengerikan.

1. Survival dan Siksaan ala Kopassus

Kondisi Terkini Pegi Setiawan, Tertekan Gegara Takut Dipindah ke Nusakambangan, Benarkah?

Salah satu pasukan elite TNI yang disegani dunia adalah Kopassus. Korps baret merah ini memiliki standart latihan yang sangat tinggi dan bisa dianggap mengerikan.

Hal itu pernah dituliskan Mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo yang pernah menjalani latihan Komando Kopassus dalam buku Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan (2014).

Salah satu yang diulas adalah pelatihan survival para calon prajurit komando. Menurutnya, calon Kopassus harus bisa hidup di hutan dengan makanan alami yang tersedia di hutan.

Prajurit-prajurit itu harus bisa membedakan tumbuhan yang beracun dan tumbuhan yang bisa dimakan. Mereka juga harus mampu berburu binatang liar hanya untuk sekadar bertahan hidup.

Nah, tahap latihan hutan gunung diakhiri dengan long march dari Situ Lembang ke Cilacap.

Sesampainya di Cilacap, latihan super berat sudah menanti mereka. Latihan terberat sudah menanti saat sampai di Cilacap. "Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir," tulis Pramono.

Ada latihan itu masuk pada tahap hellweek alias minggu neraka. Nah, yang dianggap terberat adalah materi latihan 'pelolosan' dan 'kamp tawanan'.

Dalam latihan itu para calon prajurit komando dilepas di pagi hari tanpa bekal. Mereka diminta untuk tiba di titik yang sudah ditentukan paling lambat pukul 10.00 malam.

Selama pelolosan prajurit calon Kopassus harus menghindari segala macam rintangan alam maupun tembakan dari musuh yang mengejar.

Jika ada prajurit yang tertangkap, maka itu berarti neraka. Sebab, dia akan diinterogasi layaknya dalam perang.

Para instruktur yang berperan sebagai musuh bakal menyiksa prajurit untuk mendapatkan informasi. Nah, prajurit harus mampu mengatasi penderitaan. Meski disiksa seberat apa pun, mereka tidak boleh membocorkan informasi.

Bagi prajurit yang tidak tertangkap, mereka juga harus kembali ke kamp untuk menjalani siksaan. Selama tiga hari mereka menjalani latihan di kamp tawanan.

Di sana mereka disiksa secara fisik yang nyaris mendekati daya tahan manusia. "Dalam Konvensi Jenewa, tawanan perang dilarang disiksa, namun para calon prajurit Komando itu dilatih untuk menghadapi hal terburuk di medan operasi. Jadi, prajurit komando diperlakukan tidak manusiawi oleh musuh yang melanggar konvensi Jenewa, mereka sudah siap menghadapinya," tulis Pramono Edhie.

2. Dopper

Salah satu media di Inggris DailyMail pernah memuat laporan tentang kegilaan latihan pasukan elite Indonesia. Dalam berita berjudul: Watch a terrifying training drill in Indonesia as troops narrowly avoid LIVE FIRE from assault rifles while crawling through mud, media asing tersebut seolah heran dengan latihan gila yang dilakukan pasukan elite Indonesia.

"Peluru-peluru itu bisa terlihat sangat mencolok di dekat para tentara saat mereka merangkak melintasi lumpur dengan seragam yang nyaris tak terlihat," tulis DailyMail.

Dalam artikel tersebut, DailyMail memang mengulas video yang memerlihatkan latihan TNI.

Video tersebut, memerlihatkan enam orang prajurit yang sedang dilatih diperintah untuk merayap maju di dalam lumpur dalam tiga barisan.

Beberapa orang instruktur tampak berdiri di atas menara sambil menenteng senapan serbu. Sejurus kemudian, kedua instruktur itu memberondong sekeliling kanan dan kiri keenam prajurit yang sedang merayap.

"Peserta dopper saya ingatkan kembali anggota badanmu jangan liar! Jangan liar!" teriak salah satu instruktur sebelum para prajurit itu merangkak.

Setelah berteriak "Komando" keenam prajurit itu langsung merayap. Dalam sekejap, peluru-peluru tajam lantas menghujani sekeliling prajurit-prajurit yang sedang dilatih. Mengerikan!

Di kalangan TNI, latihan yang sangat berbahaya ini disebut dengan latihan dopper. Bahkan menurut penuturan anggota TNI yang pernah berlatih bersama pasukan luar negeri, tentara asing begitu ketakutan dan tak mau melakukan dopper.

3. Renang dengan Tangan Kaki Terikat

Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) merupakan satuan elite dalam Korps Marinir TNI AL. Dahulu, satuan ini bernama KIPAM (Komando Intai Para Amfibi).

Tak semua prajurit Marinir bisa tergabung dalam Yontaifib. Untuk bisa menjadi anggota Yontaifib, mereka harus diseleksi sesuai dengan persyaratan mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal dua tahun.

Seperti dilansir tnial.mil.id, metode pelatihan Yontaifib dibagi dalam beberapa tahap. Misalnya medan darat, udara, laut dan bawah air.

Pendidikan Yontaifib dilakukan selama 9 bulan dan bertempat di Pusdiksus Kodikmar. Yang kemudian dilanjutkan ke Pusat Pedidikan Pertempuran (Puslatpur) Marinir di Karang Tekok, Situbondo, Jawa Timur.

Selain di Karang Tekok, Korps Marinir juga mempunyai Puslatpur di Puroboyo, Batur Malang; Asem Bagus, Situbondo; Banongan, Situbondo; Jampang Tengah, Sukabumi; Baluran, Banyuwangi; dan Selogiri, Banyuwangi.