BMKG Pasang Alat Deteksi Bencana di Bandara dan Pelabuhan untuk Antisipasi Cuaca Ekstrem

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (tengah)
Sumber :
  • Dok. BMKG

Siap – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memasang sejumlah alat deteksi bencana dan cuaca ekstrem di beberapa lokasi strategis, termasuk Bandara Juanda dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Pemprov DKI Jakarta Gandeng TNI AU Salurkan Bansos Korban Banjir Rob Kepulauan Seribu

Alat-alat ini dirancang untuk meningkatkan keselamatan penerbangan dan pelayaran di tengah ancaman cuaca ekstrem akibat fenomena La Nina.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa alat yang dipasang mencakup Automatic Weather Observing System (AWOS), Low Level Windshear Alert System (LLWAS), dan Marine Automatic Weather Station (MAWS).

Wilayah Padang Pariaman Diguncang Gempa Mangnitudo 5.0 Hari ini

"Alat ini untuk mendeteksi potensi cuaca ekstrem yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan dan pelayaran," ujar Dwikorita di Surabaya, Kamis (19/12).

AWOS berfungsi memantau kondisi cuaca secara real-time, mencakup parameter seperti kecepatan angin, suhu, tekanan udara, kelembapan, curah hujan, tinggi dasar awan, dan jarak pandang. Data yang dikumpulkan dikirim ke observer BMKG setiap 30 menit dan diteruskan ke Air Traffic Control (ATC).

BPBD Jakarta Bakal Melakukan Operasi Modifikasi Cuaca Tahap 2 yang Bakal Dilakukan Mulai Hari Ini Hingga 16 Desember

"Informasi ini sangat penting bagi pengawas lalu lintas udara untuk memastikan keselamatan penerbangan, terutama saat take off dan landing," katanya.

Sementara itu, LLWAS memantau potensi windshear atau geseran angin yang dapat menyebabkan turbulensi berbahaya. Dengan 10 sensor di sekitar Bandara Juanda, alat ini mendeteksi perubahan arah dan kecepatan angin.

Jika terdeteksi potensi berbahaya, sistem ini akan mengirimkan peringatan ke ATC untuk segera menyampaikan langkah mitigasi kepada pilot, seperti menunda pendaratan atau mengalihkan penerbangan.

Untuk sektor maritim, MAWS di Pelabuhan Tanjung Perak dirancang memantau cuaca laut dengan sensor suhu, tinggi permukaan air, kelembapan, kecepatan angin, hingga pasang surut air laut. 

"Data ini sangat vital untuk keselamatan pelayaran, terutama untuk mendeteksi cuaca ekstrem, gelombang tinggi, dan pasang surut yang memengaruhi operasional pelabuhan," katanya.

Fenomena La Nina yang terjadi saat ini menyebabkan pendinginan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik dan Hindia, meningkatkan intensitas curah hujan di Jawa Timur.

BMKG memperingatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan gelombang tinggi yang akan meningkat, terutama pada 21-24 Desember.

BMKG juga memprakirakan hujan deras disertai angin kencang di sejumlah kabupaten seperti Bangkalan, Bondowoso, Gresik, dan Banyuwangi selama tujuh hari ke depan.

"Kami terus memantau perkembangan cuaca dan memastikan alat-alat ini memberikan data yang akurat untuk mendukung keselamatan dan mitigasi bencana," tandasnya.