Menelisik Satu satunya Relawan Wanita yang Jadi Sopir Ambulans di Masa Pandemi Covid 19

Potret ilustrasi
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Ketika mendengar kata COVID - 19 pastinya kita teringat dengan suasana yang mencekam dimana pada saat itu suara sirine ambulans terdengar setiap saat tanpa menegenal waktu.

7 Ciri Fisik Wanita yang Gampang Diajak Selingkuh Menurut Primbon Jawa, Nomor Terakhir Nafsuan

Nah dibalik peristiwa itu, tersimpan kisah inspiratif Ika Dewi Maharani seorang mahasiswi STIKES Hang Tuah Surabaya, serta Anggota Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) satu satunya relawan wanita yang bertugas menjadi supir ambulans di bawah naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

Atas perjuangannya pada masa pandemi COVID 19 kala itu, Ika Dewi Maharani berhasil menerima apresiasi SATU Indonesia Awards pada 2020 by ASTRA.

Korbankan Masa Depan, Beginilah Kiprah Gede Andika Jaga Lentera Pesona Pulau Dewata

Lantas bagaimana kisah suka duka Ika Dewi Maharani menjadi satu satunya relawan wanita yang menjadi supir ambulans? Simak kisahnya disini.

Melansir laman GNFI, Semua itu bermula saat Ika Dewi Maharani sedang mengerjakan revisi skripsi pasca sidang serta menunggu jadwal wisuda pada bulan September.

5 Wanita yang Bikin Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia Klepek-klepek, Nomor 3 Paling Disorot

Kemudian, hatinya mulai tergerak untuk menjadi relawan ketika melihat perkembangan COVID-19 di Indonesia semakin parah.

Terlebih lagi, saat itu ia mendengar dari rekannya di HIPGABI bahwa sedang dibutuhkan seorang relawan medis di daerah Jakarta. Posisi yang dibutuhkan ialah perawat yang bisa mengemudikan mobil ambulans.

Karena merasa memiliki pengalaman yang cukup di rumah sakit serta bisa juga mengendarai mobil ambulans, dirinya dengan yakin mendaftar untuk mengabdi menjadi seorang tenaga medis ambulans.

Setelah mendaftar, ia mengikuti beberapa tahapan rekrutmen serta mendapat briefing, pelatihan, dll.

Yang membuat dirinya cukup kaget adalah ternyata ia merupakan satu-satunya relawan medis perempuan yang dapat mengendarai mobil ambulans.

Pada awalnya banyak yang mempertanyakan apakah dirinya mampu untuk mengemban tugas ini, karena menjadi relawan medis yang dapat mengendarai ambulans mayoritas adalah laki-laki.

Namun, dengan kegigihan dan rasa percaya diri ia mampu menjawab tantangan tersebut. Selama menjadi relawan medis ambulans saat COVID-19, tentu banyak tantangan dan hambatan yang dialami oleh Ika Dewi Maharani.

Ika mengaku, saat berdinas memakai Alat Pelindung Diri (APD) merupakan sebuah tantangan tersendiri baginya. Karena kondisi tersebut membuat ia harus beradaptasi dengan situasi menyetir menggunakan APD yang membuat kenyamanan dalam berkendara berkurang.

Saat menyetir dirinya kerap kali merasa terganggu pengelihatannya karena menggunakan faceshield, hal ini menjadi salah satu tantangan karena pandangan harus tetap fokus pada jalanan.

Lalu memakai handscoon 2 lapis, yaitu handscoon biasa dan steril yang tebal yang membuat terkadang saat menyetir ia merasa kesusahan dalam mengendalikan setir mobil karena licin.

Dengan kondisi mobil yang memiliki transmisi manual serta diharuskan memakai sepatu boots, terkadang juga ia mengalami slip saat ingin memindahkan kopling, gas, dan rem.

Ditambah lagi dengan menggunakan full APD tentu terasa panas, walau sudah mengatur suhu AC ambulans paling dingin.

Terakhir, masalah pada powerstering yang berat. Mungkin bagi laki-laki hal tersebut bukanlah suatu masalah yang berarti.

Akan tetapi, Ika merupakan seorang peremuan yang tenaganya jauh lebih kecil dibanding laki-laki.

Hal tersebut membuat ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melakukan belokan atau putaran.

Namun, semua hambatan itu tidak mengurangi rasa semangat Ika untuk terus berjuang sebagai garda terdepan.

Situasi jalanan di Jakarta yang saat itu terkadang macet, melewati gang sempit, dan beberapa wilayah yang belum dikuasai medannya oleh Ika menjadi hambatan ketika sedang mengevakuasi pasien COVID-19.

Ditambah lagi dalam situasi tersebut ia harus tetap fokus melihat arahan maps ke tempat tujuan, tentu bukan hal yang mudah bagi seseorang ketika mengalami situasi tersebut.

Belum lagi dibeberapa situasi walaupun sudah menyalakan sirine, pengendara lainnya tidak paham kondisi darurat yang tengah dialami Ika dan timnya.

Seperti tidak diberi jalan untuk lewat, saat lampu merah masih ada yang menerobos dari sisi lainnya, bahkan tidak jarang Ika dan timnya mendapatkan klakson teguran dari pengendara lainnya.