Jalan Berliku Narman Tingkatkan Perekonomian di Baduy, Ditolak Hingga Sulitnya Jaringan Internet

Potret ilustrasi kerajinan tangan khas Baduy
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Ditengah pesatnya perkembangan teknologi seperti sekarang ini tak membuat suku Baduy meningalkan adat istiadat hingga saat ini.

Bocor Lagi, Data NPWP Indonesia Dibanderol Rp 153 Juta, Ada Data Jokowi Hingga Sri Mulyani?

Namun demikian, meski terus mempertahankan adat istiadat, bukan berarti suku Baduy anti terhadap upaya untuk memajukan perekonomian warganya.

Karena, warga Baduy sendiri memiliki aktivitas dengan nilai ekonomi tinggi, salah satunya dengan menghasilkan kerajinan tangan.

Kantongi Dukungan Asosiasi UMKM, Chandra Rahmansyah Siap Bangun Perekonomian Kota Depok

Nah berangkat dari situlah Narman, warga asli Suku Baduy berinisiatif untuk memulai sebuah program dengan tujuan membantu pemasaran dan promosi produk kerajinan tangan masyarakat adat Baduy yang dimulai pada 2016 silam.

Narman sendiri mulai mengenal dan menggunakan media sosial Instagram, yang nyatanya cukup manjur dalam memasarkan produk.

HP Android Kamu Tak Tersambung WiFi?? Coba Ikuti Lima Langkah Ini

Tak hanya itu, ia juga membuka marketplace dengan nama yang sama, Baduy Craft.

Alhasil, Narman harus bersinggungan dengan teknologi dan dunia luar, dimana hal itu termasuk larangan bagi Suku Baduy.

Meski pada akhirnya tetap menyalahi peraturan adat, tapi Narman mampu membuktikan bahwa langkahnya dapat membawa dampak positif bagi lingkungannya.

Narman menegaskan, bahwa dirinya sangat menghormati aturan adatnya dan sama sekali tidak berkeinginan untuk menghancurkannya.

Akan tetapi, ia menyadari adanya potensi dan berusaha memaksimalkannya dengan baik.

Ia mengatakan, lokasi Suku Baduy yang berada di pedalaman, secara tidak langsung membatasi aktivitas ekonomi masyarakatnya.

Untuk memasarkan produknya, banyak pengrajin yang hanya menunggu kedatangan pengunjung.

Ironi, dan inilah yang membuat Narman tergerak. Ia secara otodidak mempelajari pemanfaatan teknologi dan berhasil menyebarluaskan produk kerajinan tangan masyarakat Suku Baduy.

Keberhasilan terus mendorongnya melakukan ekspansi.

Ia semakin gencar mengikuti pameran-pameran kewirausahaan dengan tema nusantara khususnya.

Tujuannya tak pernah berubah, untuk membantu masyarakat Baduy Dalam maupun Baduy Luar.

Narman menyatakan bahwa kini Suku Baduy hidup dari aktivitas bidang pertanian, industri kreatif, dan baru-baru ini membuka jalan dari bidang pariwisata budaya.

"Jadi bagaimana supaya masyarakat adat ini masih bisa tetap dengan adat dan tradisinya, tapi secara bersamaan kita harus juga mampu untuk mencukupi segala kebutuhan,” tutur Narman seperti dikutip GNFI.

Narman sempat mendapat teguran dari ketua adat, atas apa yang ia lakukan.

Tetapi, Narman tak menyerah untuk membuktikan dan memastikan agar tak terjadi hal-hal yang dikhawatirkan.

Ketika langkahnya sudah berhasil tembus keluar, Narman berharap lebih berdampak besar positif untuk masyarakat Baduy keseluruhan.

Langkah ini juga menjadi pembuktian oleh Narman, bahwa masyarakat adat pun dapat bersaing dari segi ekonomi kreatif.

Nah, atas upaya yang tak pantang meyerah itulah hingga akhirnya Narman menjadi salah satu pemenang Apresiasi SATU Indonesia tahun 2018 di bidang kewirausahaan.

Apresiasi ini diberikan oleh Astra Group untuk mereka yang berdampak positif bagi sekitarnya, terutama dari segi ekonomi.

Setelah mendapat dukungan dari Astra, Narman menyatakan bahwa ia semakin bersemangat menjalankan Baduy Craft,

“sangat berdampak ya, apalagi dari segi exposure, jadi kita lebih banyak dikenal,” ungkap Narman

Selain sempat mendapat penolakan dari lingkungan sekitar, tantangan lain juga berdatangan pada usaha Narman.

Salah satunya, yang hampir terjadi setiap hari adalah sulitnya akses internet yang membuat aktivitas pemasaran menjadi terhambat.

Untuk mendapat sinyal internet yang stabil, ia harus berjalan jauh menuju pintu masuk pemukiman Suku Baduy.

Hasil kerajinan yang diperjualbelikan merupakan asli karya tangan masyarakat Baduy. Oleh karena itu, jumlahnya tak selalu sesuai permintaan konsumen.

Masing-masing pengrajin memiliki kekhasan tersendiri, hal itu membuat motif yang dihasilkan pada kerajinan tangan pun tak persis sama.

“Setiap pengrajin itu, antara pengrajin A dan pengrajin B, kita misalnya arahkan untuk membuat produk dengan kualitas yang sudah kita jelaskan di awal itu, belum tentu sama karena karakter penenun dan pengrajin itu beda-beda,” jelas Narman.

Baduy Craft sempat mengalami penurunan drastis semasa pandemi.

Produk yang dihasilkan rata-rata bukan produk yang digunakan dalam keseharian, melainkan untuk acara khusus seperti event kantor, sekolah, atau acara yang lain.

Pada saat pandemi, acara-acara tersebut berhenti dan akhirnya sangat berdampak pada keberlangsungan Baduy Craft.

Berbagai pameran pun berhenti diselenggarakan, semakin menyempitkan pasar Baduy Craft kala itu.

Selama dua tahun, Baduy Craft terseok-seok tanpa pemasukan.

Konten media sosial sebagai ajang promosi sangat krusial bagi Narman.

Akan tetapi, ia pun mengaku kewalahan untuk mengikuti arusnya.

Terlebih, ia harus lebih berhati-hati untuk mengikuti tren dan memasarkan produk, sebab ada unsur adat yang harus dijaga.

Meskipun demikian, masyarakat Baduy sangat berterima kasih atas dedikasi yang Narman lakukan.

"Masyarakat Baduy mengaku senang bisa menyalurkan hobinya, kegiatan kreatifnya, berkreasi, karena Keadaan membuat tak semua dari mereka bisa memasarkan produknya," katanya.

Akses yang sangat sulit itu menjadi penghambat yang signifikan.

Dengan respon yang kian membaik ini menjadi semangat Narman untuk terus maju,

“tentu saya akan menjalankan program yang sudah dijalankan ini, dan kita akan mengadakan ide-ide baru,” kata Narman.

Harapannya, ia juga dapat membuka kesempatan kerja bagi orang di sekitarnya.

Upaya peningkatan penjualan ini pun ia barengi dengan mengenalkan Baduy lebih jauh.

"Secara bersamaan saya juga melaksanakan kegiatan yang baru ya, bukan hanya yang terkait dengan produk kerajinannya, tapi saya juga mempromosikan pariwisatanya,” pungkasnya.