Menelisik Kisah Ratu Sampah Asal Bandung yang Sukses Ubah Sampah Jadi Berharga, Ternyata..

Potret ilustrasi
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Bak pepatah usaha tak membohongi hasil, itulah yang kini diraih oleh sosok wanita muda asal Bandung yang bernama Amilia Agustin yang sukses menciptakan sebuah gerakan peduli lingkungan.

Bikin Penasaran, Misteri Isi Video Zahra 6 Menit 4 Detik Akhirnya Terungkap, Ternyata...

Berkat upayanya itu, ia kini dijuluki sebagai "Ratu Sampah" Indonesia. Ia menciptakan gerakan ini bukan serta-merta mencari sensasi.

Melainkan, hatinyalah yang menggerakkan demi mewujudkan lingkungan yang lebih sehat.

Hari Ini Presiden Prabowo Dijadwalkan Akan Melantik Menteri dan Wamen Kabinet Merah Putih

Amilia bahkan selalu mengupayakan bagaimana cara agar mengolah sampah menjadi sesuatu barang yang berguna.

Lantas, ilmu pengelolaan sampah yang diperoleh itu ia kampanyekan kepada masyarakat luas. 

Prabowo Tunjuk Budi Gunawan Sebagai Menkopolhukam di Kabinet Merah Putih, AHY Jabat Ini

Ia ingin banyak orang tahu bahwa sampah juga bisa dijadikan sebagai barang yang bernilai.

Amilia selalu berkata bahwa menumbuhkan rasa peduli lingkungan bisa melalui lingkungan terdekat.

Kita dapat mencari suatu sampah untuk dikelola, salah satunya sampah organik yang diolah jadi pupuk tanaman.

Dengan upaya sederhana seperti itu, setidaknya kita dapat mengurangi jumlah timbunan sampah yang ada di sekitar.

Amilia Agustin mulai menciptakan gerakan peduli lingkungan ini sejak tahun 2009. Ia masih duduk di kelas 2 SMP.

Kala itu, ia beserta teman-teman sekolahnya menciptakan sebuah gerakan yang diberi nama Go To Zero Waste School.

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi mengapa Amilia dan kawan-kawan menciptakan gerakan tersebut.

Beberapa di antaranya karena rasa miris kala melihat timbunan sampah yang begitu banyak di Tempat Pembuangan Sampah Sementara Terpadu (TPST) Tegallega, Bandung.

TPST itu cukup dekat dengan sekolah mereka. Lantas, seperti apa sih program Go To Zero Waste School?

Program tersebut pada intinya memiliki tujuan utama bagaimana mengolah berbagai limbah yang ada menjadi barang berguna.

Diketahui, Go To Zero Waste School dibagi dalam empat bidang pengelolaan sampah, yaitu pengelolaan sampah anorganik, pengelolaan sampah organik, pengelolaan sampah tetrapak, dan pengelolaan sampah kertas.

Untuk pengelolaan sampah anorganik, Amilia dan kawan-kawan bisa menghasilkan karya bernilai berupa tas dari sampah plastik atau pun pot bunga dari karet ban bekas.

Mereka juga membuat pupuk tanaman dari berbagai olahan sampah organik, mengolah sampah tetrapak menjadi papan, furniture, hingga atap gelombang.

Sedangkan, sampah kertas diolah jadi buku atau kertas poster. Program Go To Zero Waste School yang Amilia Agustin dan kawan-kawannya buat berdampak baik pada aspek sanitasi lingkungan.

Hal itu lantaran berbagai upaya yang telah mereka lakukan tersebut tentunya dapat mengurangi jumlah timbunan sampah yang ada.

Bahkan, program yang dipelopori oleh Amilia itu juga berpotensi menjadi ladang berkah bagi masyarakat luas.

Mereka dapat membukakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang berupa wirausaha ekonomi kreatif.

Masyarakat diharapkan dapat menjual ragam produk bernilai dari hasil olahan limbah yang ada.

Kita tahu bahwa sampah anorganik mengandung material yang tahan lama dan sukar membusuk, layaknya plastik, karet, kaleng, kaca, dan bahan logam.

Dengan begitu, jika kita mengolah suatu barang dari sampah anorganik tentunya memberikan manfaat kepada lingkungan sekitar.

Berkurangnya jumlah timbunan sampah anorganik membuat lingkungan makin sehat.

Sedangkan, untuk sampah organik sebenarnya memiliki sifat yang mudah membusuk.

Meski begitu, sampah organik akan sia-sia jika tak dimanfaatkan.

Sampah organik yang meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, bangkai hewan tersebut dapat diolah menjadi pupuk tanaman.

Pupuk tanaman berguna bagi kesuburan tanah yang membuat tanaman makin subur. Dengan begitu, polusi udara yang sehat pun akan terbentuk.

Selain menerapkan prinsip peduli dengan melihat lingkungan terdekat, Amilia Agustin juga selalu berpesan bahwa menanamkan rasa peduli lingkungan sejak usia dini merupakan salah satu langkah yang tepat.

Hal ini lantaran anak-anak yang dibimbing sejak dini, tentunya berpotensi menyerap ilmu dengan baik sampai kelak tumbuh dewasa.

Peran lingkungan menjadi salah satu faktor penting dalam mengoptimalkan karakter baik pada anak-anak.

Apabila menilik dalam pembahasan kali ini, jelas saja ada sangkut pautnya.

Gerakan positif Amilia ini bakal menjadi peranan dari faktor lingkungan itu.

Jadi, penanaman rasa peduli lingkungan sejak usia dini amat sangat penting dilakukan. Sejak duduk di bangku sekolah SMP, Amilia sudah aktif dalam berbagai penyuluhan kepada anak-anak sekolah mengenai betapa pentingnya kesadaran dalam peduli lingkungan.

Ia biasanya mendidik dengan upaya yang disukai oleh anak-anak.

Amilia melakukannya dengan bercerita yang didukung dengan gambar poster (wayang kadut) mengenai lingkungan.

Amilia Agustin tampak melanjutkan belajar ke jenjang kuliah pada tahun 2014 hingga 2018 di Universitas Udayana, Bali.

Menariknya, Ia membawa program yang ditekuni selama ini ke dalam kampusnya itu.

Ia membentuk sebuah komunitas yang bernama "Udayana Green Community" di sana.

Ia dan komunitas tersebut sangat tekun dalam mengembangkan gerakan di kampusnya tersebut.

Mereka semua selalu berupaya menyosialisasikan dalam kegiatan belajar-mengajar terkait pentingnya lingkungan hidup di banjar serta beberapa SD dan SMP di Kota Denpasar, Bali.

Di sisi lain, Amilia beserta kawan-kawan komunitasnya juga mengupayakan pemberdayaan masyarakat. Mereka terbukti melakukan pelatihan kepada warga sekitar guna mengolah sampah secara terpadu di sejumlah desa.

Mereka turut mengamalkan nilai Tri Hita Karana (ajaran agama Hindu), menghormati Tuhan, manusia, dan alam.