Ungkap Kisah Perjalanan Spiritual Jadi Mualaf, dr Tirta: Semua Berawal dari Pesan Berantai
- Istimewa
Namun, ketika usianya menginjak 23 tahun, baru ia terpikir mengikuti agama ayahnya, yakni Islam.
Perbedaan agama dan budaya di dalam keluarga dr Tirta ternyata bukanlah sebuah penghalang. Sejak kecil ia justru hidup dalam atmosfer toleransi yang amat kental.
Beruntung baginya, semangat toleransi itu tak hanya ada dalam keluarganya, tapi juga di lingkungan teman sepermainannya.
"Aku sering nongkrong sama teman-temanku di dekat Masjid Al Fajru, minggunya Sekolah Minggu. Karena toleransinya tinggi, jadi kita memahami satu sama lain. Aku tetap hormat sama Katolik, Nasrani, Kristen," katanya.
Masuknya dr Tirta ke dalam agama Islam tidak melewati proses yang rumit.
Tak ada pula pergulatan bathin yang panjang.
Justru keputusannya untuk memeluk agama Islam terbilang mudah dan cepat.