Korbankan Masa Depan, Beginilah Kiprah Gede Andika Jaga Lentera Pesona Pulau Dewata

Dika dalam kegiatan literasi di Bali
Sumber :
  • Instagram @andikawirateja

Menurut Dika, akar masalah terbesar di kampung halamannya tersebut saat awal pandemi adalah anak-anak tidak bisa sekolah luring. Dilema terbesar, kata Dika, keluarga mereka ada yang kurang mampu.

Kisah Siti Salamah, Pelita Harapan Kaum Pemulung Pondok Aren

"Jadi semakin kesulitan sekolah daring. Jangankan memenuhi kebutuhan belajar daring, untuk kebutuhan pokok saja orang tua mereka kesulitan karena tak punya uang buat beli kuota internet untuk belajar online. Anak-anak itu terpaksa membolos dan ikut kerja di pantai juga," katanya.

Dika sadar, Pemuteran bak potongan surga yang jatuh ke Bumi. Turis asing terus berdatangan. Ia pun membaca kemungkinan, memilih membuka kelas bahasa Inggris buat anak-anak Pulau Dewata di Pemuteran.

Vania Febriyantie Hidupkan Seni Tani di Tengah Kota, Berdayakan Petani dengan Konsep Masa Kini

"Bahasa Inggris tak ubahnya sebuah investasi jangka panjang, sekaligus membuka peluang anak-anak Pemuteran untuk membentangkan mimpi mereka hingga ke dunia internasional," katanya.

Tak disangka, gayung pun bersambut. Program kelas bahasa Inggris Kredibali mendapat respons luar biasa. Sebanyak 200 anak lebih ikut pendaftaran. Mereka begitu antusias, layaknya musafir yang menemukan oase di padang pasir.

Mengenal Sosok Bhrisco Jordy, Pelita Harapan di Bumi Papua

Anak-anak di Pemuteran menyambut bahagia. Mereka, mungkin, seperti melihat lentera masa depan kembali menemui setitik bara.

Demi Kredibali tetap berjalan pada saat pandemi, Dika akhirnya memutuskan memilih 75 anak terlebih dahulu sebagai angkatan pertama. Kegiatan belajar tersebut, kata Dika, dibagi dalam tiga sesi.

Halaman Selanjutnya
img_title