Makna Tato bagi Masyarakat Mentawai
- Istimewa
Siap – Rengga Satria kontan terperangah begitu melihat seorang lelaki penduduk Buttui, Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, melintas di hadapannya ketika kali pertama tiba di “Bumi Sikerei”.
Lelaki itu, menurut penuturan Rengga seperti dikutip siap.viva.co.id, berpenampilan tak lazim. Mengenakan hiasan kepala bernama luat. Sementara, antara pinggang dan kemaluan ditutupi kabit.
Belakangan, Rengga mengenal lelaki itu bernama Aman Laulau, seorang Sikerei atau ahli pengobatan tradisional.
Di antara ragam hias hingga busana Sang Sikerei, Rengga begitu tertarik pada rajah di tubuh Aman.
Bagi Aman Laulau, menurut penuturan Rengga, motif rajah itu tak sekadar hiasan semata. Ada makna di dalamnya.
“Misalnya, garis warna hitam melengkung dari bahu kanan sampai kiri. Kemudian dari garis melengkung itu terdapat garis menurun ke pusar yang melambangkan anak panah,” katanya beberapa waktu lalu.
Dalam bahasanya, Aman Laulau berkata, "kakai sai Mantawoi, anai galajetmai masigaba iba, bule ibara nane iba murorou" (kami memiliki kebiasaan mencari lauk pauk dengan cara berburu, berburu dengan memakai panah).