Polisi Kejar 3 DPO Kasus Vina Cirebon, Gimana dengan Akseyna UI?
- Istimewa
Siap – Kasus pembunuhan sadis yang dilakukan oleh gerombolan geng motor terhadap Vina Dewi Arsita alias Vina Cirebon, kembali menyita perhatian publik.
Adapun peristiwa keji itu terjadi pada tahun 2016 silam. Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, pelakunya ada 11 orang, namun tiga lainnya hingga kini masih buron.
Mereka adalah Pegi alias Perong, Andi, dan Dani. Tempat tinggal terakhirnya di Desa Banjarwangunan, Kecamatan Mundu.
Sebagai informasi, Vina Cirebon tewas bersama kekasihnya, Rizky alias Eki akibat menjadi korban kebrutalan kawanan geng motor di Cirebon.
Menurut data yang dihimpun, korban tidak hanya diperkosa, tapi juga sempat dianiaya oleh para pelaku.
Awalnya polisi sempat menduga Vina tewas akibat kecelakaan. Namun setelah diusut akhirnya terungkap, dara cantik itu merupakan korban pembunuhan geng motor.
Belakangan, setelah kasus itu diangkat dalam film layar lebar, polisi akhirnya menerbitkan daftar pencarian orang alias DPO terhadap tiga tersangka.
Kini Perong, Andi dan Dani dalam pengejaran.
Pembunuhan di UI
Kasus pembunuhan lainnya, yang tak kalah mencuri perhatian publik adalah misteri kematian Akseyna Ahad Dori, mahasiswa UI.
Jasad pemuda asal Jogja itu ditemukan mengambang di Danau Kenanga UI pada Kamis, 26 Maret 2015 silam. Sejak saat itu, kasus tersebut belum juga menemukan titik terang.
Padahal, polisi sempat mengatakan, bahwa kasus Akseyna erat kaitannya dengan dugaan pembunuhan.
Berikut 14 fakta di balik kasus tewasnya Akseyna alias Ace, mahasiswa UI Fakultas MIPA tersebut dikutip dari akun Instagram @peduliakseynaui.
1. Banyak luka lebam, jeratan, dan goresan di tubuh Ace. Ada batu 14 kg dalam tas yang digantungkan di badan. Ada pasir di paru-paru, tanda Ace masih hidup saat dimasukkan ke danau tapi tidak sadarkan diri.
2. Ada bekas gesekan di tumit sepatu belakang, tanda Ace diseret ke danau.
3. Ada satu 'teman' menginap di kamar Ace, saat Ace belum teridentifikasi dan kamar terkunci. 'Teman' ini mengaku menemukan surat di dinding kamar Ace.
4. Ada banyak mahasiswa masuk ke kamar Ace, mengakses HP dan laptop Ace, juga mengobrak-abrik barang.
5. Surat dianalisis oleh grafolog dan terbukti ditulis oleh dua orang berbeda. Satu Ace, satu lagi orang lain. Tanda tangan di surat itu bukan buatan Ace.
6. Hingga hari ini tidak ada teman jurusan satu angkatan Ace yang buka suara, baik di media massa maupun media sosial. Tidak juga membuka komunikasi dengan keluarga.
7. Dua orang dosen jurusan mengeluarkan pernyataan menyudutkan setelah Ace meninggal. Keduanya menuliskan cuitan-cuitan mengarah pada asumsi bunuh diri.
8. Salah seorang dari mereka secara tertulis menuduh orang tua Ace menekan kepolisian agar menjadikan kasus ini sebagai kasus pembunuhan.
9. Kampus menolak memberi bantuan hukum bagi Ace dan keluarga, menolak memberi sanksi kedua dosen, dan menolak membuat tim investigasi internal. Kampus justru memberi bantuan hukum bagi mahasiswa yang jadi saksi.
10. Kampus sering menolak memberi tanggapan, menolak hadir di acara mediasi dengan keluarga, tidak terlihat usaha nyata penyelesaian kasus. BEM baru bersuara setelah 7 tahun.
11. 38 saksi diperiksa. Pernyataan saksi disebutkan saling bertolak belakang dan tidak konsisten.
12. Lokasi kejadian di pusat kampus, dikelilingi oleh gedung rektorat, masjid, dan perpustakaan. Tidak ada satu pun rekaman CCTV.
13. Informasi kemajuan kasus yang disampaikan kepolisian tahun 2022 tidak ada yang baru. Sama persis dengan hasil bertahun-tahun lalu.
14. Media sosial kampus sama sekali tidak pernah mengunggah/menyinggung kasus Ace.