3 Mahasiswa UI 'Sulap' Air Laut Jadi Energi Pengganti BBM, Dijamin Ramah Lingkungan

Tiga mahasiswa Fakultas Teknik UI penggagas Green Hydrogen
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Tiga mahasiswa Univesitas Indonesia (UI) berhasil menemukan inovasi yang cukup mengejutkan terkait energi terbarukan yang dihasilkan dari air laut. Seperti apa temuannya? Simak ulasan berikut ini. 

Adalah Shady Haura Fathin, Ghina Athahillah Said Kamilah Rozanov, dan Muhammad Daffa Al-Rasyid, tiga mahasiswa UI Fakultas Teknik angkatan 2022 yang menggagas ide bahan bakar ramah lingkungan tersebut.  

Solusi alternatif untuk bahan bakar bernama Green Hydrogen ini bermula dari rasa penasaran mereka untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Society of Petroleum Engineers (SPE) ITS Java Section pada tahun 2023, lalu.  

"Nah waktu itu kita tuh kebetulan ikut kita masih kuliah tahun pertama dan iseng nyobain lomba. Waktu itu ada lomba di ITS. Terus kita cobain nih ikut kompetisi," katanya saat dikonfirmasi siap.viva.co.id pada Rabu, 7 Februari 2024.

Haura dan kedua temannya itu sempat pesimis, lantaran mereka sadar belum punya pengalaman untuk ikut berkompetisi. Terlebih, mereka adalah mahasiswa baru.

"Inikan benar-benar baru pertama kali lomba, jadi agak nekat. Terus waktu itu kita itu dikasih tema, kalau nggak salah pokoknya berkaitan dengan net-zero emission pada tahun 2050," jelasnya. 

Berbekal tekad yang kuat, ketiga mahasiswa FTUI itu kemudian mulai mencari referensi dari sejumlah jurnal ilmiah. 

"Sampai akhirnya kita nemu nih salah satu yang bagus, yang bisa dibawa untuk kompetisi tersebut, yakni Green Hydrogen," tuturnya. 

Ketiga mahasiswa UI tersebut kemudian mencoba memanfaatkan air laut sebagai bahan dasar dalam solusi energi terbarukan tersebut. 

Pemilihan air laut dinilai efektif, mengingat Indonesia adalah negara maritim yang sebagian besar dikelilingi lautan. 

"Jadi Green Hydrogen ini diproduksi dengan memanfaatkan elektrolisis pada air murni dan air laut." 

Meskipun keduanya dapat menghasilkan hidrogen, namun air laut diyakini dapat mencapai tujuan tersebut dengan biaya yang lebih rendah dan efisiensi lebih tinggi jika dapat digunakan dengan elektrolisis air laut secara langsung, tanpa melalui pemurnian terlebih dahulu.

Haura menjelaskan, penggunaan metode elektrolisis yaitu proses penguraian senyawa air menjadi oksigen dan hidrogen gas dengan menggunakan arus listrik melalui air. 

Ketuga mahasiswa FTUI itu menggunakan metode elektrolisis air alkali dengan elektrolit yang dapat bekerja pada pH basa. 

"Jadi dalam metode teknologi ini, elektroliser air alkali digunakan untuk elektrolisis air secara langsung," katanya. 

Namun karena air laut juga bisa menyebabkan krosi, maka mereka pun mencoba mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. 

"Nah kita tuh menggagas salah satu pelapis elektrodanya gitu. Jadi akhirnya kita memilih pakai ultra-thin silikon oksida, karena dia bisa mencegah terjadinya korosi, terus selain itu materialnya pun banyak ditemukan," paparnya. 

Haura menambahkan, metode yang digunakan intinya adalah natural gas. 

"Kalau bisa digunakan langsung ini sebenarnya bisa menjadi penggantinya bahan bakar yang ramah lingkungan," kata dia.

Sebab, lanjut Haura, selama ini bahan bakar yang ada masih menggunakan black atau grey hidrogen, atau masih memanfaatkan fosil. 

"Nah kalau kita bisa menggunakan Green Hydrogen ini otomatis kita mengurangi emisi, jadi targetnya net zero emission 2050 bisa tercapai," kata dia,

Bahkan menurut Haura, konsep ini bisa menjadi alternatif pengganti kendaraan listik dan bahan bakar minyak atau BBM. 

"Karena mobil listrik kan enggak semua orang bisa punya," katanya. 

Berkat ide tersebut, Haura dan teman-temannya itu berhasil meraih juara 2 Karya Tulis Ilmiah Petroleum Integrated Days yang diumumkan akhir Mei 2023 lalu tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Dekan FTUI Prof Heri Mermansyah mengaku bangga. Menurutnya, soluasi yang ditawarkian ketiga anak didiknya itu adalah bukti dari komitmen mahasiswa UI dalam mendukung program berkesinambungan untuk membangun Indonesia yang lestari.

"Solusi ini adalah bentuk pemikiran kritis para mahasiswa FTUI sebagai mahasiswa yang unggul dan mampu untuk bersaing baik di kancah nasional atau pun internasional,” kata Heri Hermansyah.