Mengukur Untung Buntung Peredaran VCD Porno Era 2000-an
- Istimewa
Ia bersama kawan kuliahnya mendatangi pelapak di daerah Jakarta.
"Sampai nemu di daerah Gajah Mada, Jakarta. Lebih banyak dan terbuka. Lapaknya penuh film porno. Harga lebih murah. Saya mulai menyukai film dewasa Jepang. Alur ceritanya lebih menantang, pada saat itu," kenangnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, era digital mulai menggerus eksistensi film dewasa lapakan. Suparno sendiri mengaku mulai berhenti membeli VCD film dewasa sejak tahun 2007.
Ia mengaku lebih sering mengunduh film yang berada pada salah satu forum ternama di Indonesia.
"Ada nama forum terkenal. Selain download, saya juga suka baca cerita stensil. Jadi, lebih eksplor di forum itu," kelakarnya.
Seturut dengan Suparno, Bajuri 'sang pelapak masyhur' pun mengaku terkena dampak besar dari era digital.
Pelanggannya mulai hilang. Lapak VCD-nya tidak lagi seramai dulu. Bahkan tak sedikit para pelapak yang bertumbangan.
'Sekitar tahun 2008, banyak pelapak yang tutup. Penjualan menurun drastis. Orang-orang udah pada bisa download di warnet. Gak perlu beli ke kami ataupun nyari di Kota. Nasib kami udah gak bisa berbisnis begitu di era digital. Orang tinggal akses internet,' tandasnya.