Kementan Tegaskan Keseriusannya Jaga Ketahanan Pangan Dalam Negeri!
- Istimewa
Siap – Kementerian Pertanian (Kementan), sedang berupaya keras untuk menjaga ketahanan pangan di tengah ancaman krisis pangan global dan perubahan iklim ekstrim yang belum usai.
Selain fokus pada peningkatan produktivitas pertanian, Kementan juga serius dalam menjaga stabilitas harga pangan di pasaran.
Terkait hal itu, Kementan telah menetapkan arah kebijakan pembangunan pertanian dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.
Baik itu sumberdaya alam (SDA) maupun sumberdaya manusia (SDM), serta memanfaatkan teknologi mutakhir, mekanisasi dan korporasi dari hulu hingga hilir.
Sebagaimana diketahui, fokus Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam satu tahun masa jabatannnya adalah memperkuat produksi berbagai komoditas strategis, seperti padi dan jagung.
Hal itu sesuai arahan Presiden Jokowi, untuk menekan impor agar dapat swasembada.
"Krisis pangan sama dengan krisis keamanan dan politik. Pangan adalah senjata kita, dan kita harus menekan impor bahkan harus bisa menyetop impor, kita harus ekspor," katanya.
Andi Amran Sulaiman juga mengungkapkan optimisme bahwa dalam dua sampai tiga tahun ke depan, Indonesia akan kembali mencapai swasembada pangan, terutama dalam produksi padi dan jagung.
"Kita optimis bahwa target peningkatan produksi pertanian dapat tercapai seperti yang pernah dilakukan pada tahun 2017 dan 2021 yang lalu," tegas Amran.
Amran mengatakan, swasembada yang pernah diraih harus kembali dicapai dengan melanjutkan program-program yang baik.
Salah satunya, Kementan menargetkan produksi beras pada tahun 2024 mencapai 35 juta ton, meningkat dibanding tahun 2023 saat ini berjumlah 31 juta ton.
Di sisi SDM, Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) terus melakukan kegiatan pembinaan penyuluh pertanian dan petani diberbagai wilayah di Indonesia.
Kementan juga sudah mempermudah penyuluh pertanian dan petani untuk membantu peningkatan produksi padi dan jagung.
Kemudian yang terbaru, menghapuskan kartu tani untuk mempermudah petani memperoleh pupuk bersubsidi digantikan dengan kartu tanda penduduk (KTP).
"Penyuluh dan para petani harus bergerak cepat mengambil bagian menjaga ketahanan pangan. Krisis pertanian akan menjadi krisis politik dan membuat pemerintah sulit berkembang, karena itu kita harus jaga bersama," kata Amran.
SEmentara itu, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi pada kegiatan evaluasi kinerja tahun 2023 mengatakan, bahwa Kementan berkomitmen menyiapkan SDM pertanian yang berjiwa wirausaha.
Oleh karenanya salah satu program utama Kementan dalam menjamin produktifitas, kontinyuitas dan ketahanan pangan adalah penumbuhan 2,5 juta pengusaha pertanian millenial sampai dengan tahun 2024.
"Tantangan yang semakin kompleks seperti El Nino yang berdampak terhadap penurunan produksi konflik geopolitik yang menyebabkan terganggunya distribusi pangan dan adanya restriksi ekspor dari negara-negara produsen pangan," katanya dalam evaluasi bertajuk Kesiapan SDM Pertanian Mendukung Peningkatan Produksi Padi dan Jagung yang dilaksanakan di Lido, Sukabumi, kemarin.
Dedi juga menjelaskan, solusi dari permasalahan tersebut adalah peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.
"Ada tiga faktor pengungkit produktivitas pertanian."
Pertama, Inovasi teknologi dan sarana prasarana pertanian, kebijakan peraturan perundangan termasuk kearifan lokal, serta SDM Pertanian.
"Kemudian, SDM Pertanian menyokong 50 persen peningktan produktifitas pertanian, sisanya masing-masing berimbang menyumbangkan 25 persen," jelasnya.
Dedi mengajak seluruh SDM pertanian untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi dan jagung.
Bukan tanpa alasan, padi dan jagung merupakan bahan pangan pokok masyarakat di Indonesia.
Menurut dia, sudah sepatutnya SDM pertanian harus bergerak bersama untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian.
"Di akhir tahun 2023, kita kembalikan mindset, tujuan utama kita yakni peningktan SDM pertanian untuk menggenjot produktivitas dan produkai pertanian," katanya.
"Kita evaluasi sejauh mana sasaran optimalisasi yang sumber daya manusia yang kita miliki, sebaik apa pemanfaatan teknologi yang dilakukan, dan seberapa manfaat yang dirasakan oleh petani Indonesia," sambungnya.