Siapakah Korban Peristiwa Berdarah G30S?
- Istimewa
Menurutnya, pada masa Orde Baru, salah satu tokoh yang paling berperan untuk menulis sejarah G30S adalah Nugroho Notosusanto.
"Dalam Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6, yang disunting Nugroho Notosusanto diberikan legitimasi kepada Orde Baru sekaligus dilakukan desukarnoisasi (upaya mengurangi bahkan menghilangkan peranan Sukarno dalam sejarah)," katanya.
Salah satu hal kontroversial yang pernah dilakukan Nugroho selain mempersoalkan kelahiran Pancasila oleh Sukarno adalah menghilangkan sosok Bapak Proklamator dalam foto Proklamasi 17 Agustus 1945.
"Dalam buku Nugroho Notosusanto berjudul Pejuang dan Prajurit, pada foto Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak tampak sosok Sukarno. Sejarawan Abdurrachman Surjomihardjo melakukan protes sehingga pada cetakan kedua, sosok Sukarno muncul kembali," katanya.
Nugroho juga merupakan "otak" pembuatan film G30S/PKI. "Nugroho Notosusanto memprakarsai pembuatan film pengkhianatan G30S/PKI yang disutradarai Arifin C Noer tahun 1984," katanya.
Selain itu, menurutnya, para korban G30S baru mulai bersuara setelah jatuhnya Orde Baru.
"Para korban yang selama 30 tahun dibungkam mulai bersuara, melakukan serangkaian pertemuan, diskusi, seminar serta pembuatan memoar," tandasnya.