Pesan Menohok Mantan Eks Wanmen Era SBY untuk Jokowi: Jangan Atur Prabowo

Presiden Jokowi berharap bangsa Indonesia memanfaatkan
Sumber :
  • Biro Pers

Siap – Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal memberikan pesan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan purnatugas pada 20 Oktober mendatang.

Mantan wakil menteri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu meminta Jokowi harus mengikuti para pendahulinya dalam transisi kekuasaan.

Menurut Dino, jika SBY diminta untuk memberi pesan, setidaknya akan memberikan lima tips kepada Jokowi untuk mengakhiri jabatan dengan baik.

"Terimalah kenyataan ini dengan ikhlas dan bersyukur bahwa sudah memberikan yang terbaik. Ingat, legasi tak ditentukan survei sesaat, biarlah rakyat dan sejarah yang menilai," kata Dino seperti disitat dari Channel Youtube FPCI dikutip Kamis, 26 September 2024.

Selain itu, ia juga menyarankan Jokowi tak mengambil keputusan strategis apa pun jelang purnatugas. 

Presiden Prabowo Subianto, kata Dino, memiliki mandat sendiri yang sangat masif mengingat suara pemilih yang sangat besar saat Pemilu 2024.

Prabowo tentu mempunyai agenda dan preferensi dan pilihan sendiri. "Kita tak boleh mengatur atau mengutak-atik atau memengarhuhi kebijakannya," katanya.

Jokowi juga diingatkan jangan memosisikan dirinya sebagai patron terhadap Prabowo.

"Ingat, sepanjang sejarah yang ada tak pernah ada presiden yang dipatroni oleh presiden sebelumnya," katanya.

Hal lain yang perlu diperhatikan Jokowi ialah ‘masuk dengan baik keluar dengan baik’.

"ita masuk dengan cemerlang atau terhormat dan keluar dalam keadaan cemerlang dan terhormat. Ukuran sukses kita ialah kita mesti mewariskan Indonesia dalam kondisi yang lebih baik kepada presiden pengganti kita," katanya.

Hal yang paling penting ialah jangan sampai presiden merasa lebih besar daripada Indonesia sebab siapa pun yang melupakan hal ini akan dijegal sejarah.

"Presiden Sukarno yang berkuasa seumur hidup dijegal sejarah, Presiden Soeharto yang berkuda 32 tahun dijegal sejarah, Abdurahaman Wahid yang ingin membubarkan DPR juga dijegal sejarah," tandasnya.