Kasus Bullying di SMA Binus Simprug, Korban Mengaku Dianiaya dan Dilecehkan Anak Pejabat

Ilustrasi Perundungan
Sumber :
  • iStockphoto

Siap – Korban Bullying di SMA Binus Simprug, RE mengungkapkan kronologi aksi perundungan yang menimpanya.

Korban mengaku, menerima Bullying, menerima penganiayaan, hingga dilecehkan oleh para terduga pelaku yang disebutnya adalah anak dari para pejabat. Ini disampaikan oleh korban RE di media sosial akun X @kegblgunfaedh.

"Mereka malah dengan membanggakan bahwa 'saya ini berbeda', mereka menyampaikan bahwa saya ini adalah orang biasa. Orang tua saya hanyalah pengusaha, sedangkan mereka dengan membanggakan diri 'kamu jangan macam-macam dengan kita-kita ini ada anak dari DPR, ketua partai'," tulis RE dalam unggahan akun X tersebut dikutip, Senin 15/9/2024.

Adapun RE menceritakan, dirinya sudah mengalami perundungan atau Bullying sejak dirinya pertama duduk di bangku sekolah SMA Binus Simprug. Dirinya mengungkapkan ada puluhan orang yang terlibat dalam aksi tersebut.

"Di hari pertama saya dilecehkan, kemaluan saya dipegang oleh para pelaku. Sekitar 30 orang mereka selalu mengejek-ngejek saya, mereka selalu melecehkan saya. Saya dibilang orang kampung, saya tidak mampu," paparnya.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, bahwa terdapat kepala geng yang memimpin sekelompok pelajar yang terlibat dalam penganiayaan tersebut hingga puncaknya korban digiring ke salah satu toilet sekolah hingga akhirnya perselisihan terjadi.

Kuasa hukum RE, Sunan Kalijaga enggan berkomentar terkait adanya anak dari pejabat yang terlibat sebagaimana yang disebutkan oleh korban. Dirinya menceritakan bagaimana awal mula korban mendapat Bullying di SMA Binus Simprug

"Kalau memang ada pernyataan itu memang itu statement dari anak korban. Jadi waktu itu kami interview sebelum kami ambil kuasanya kami tanya apa yang terjadi, apa yang dialami, para terduga anak-anak pelaku ini siapa," ujar Sunan Kalijaga dalam keterangannya, Minggu (15/9).

"Nanti kita lihat saja di proses penyidikannya, namanya orangtua kan, orang tua korban, orangtua pelaku sekalipun pasti akan saling bertemu silaturahmi, baru nanti disitu bisa tau anak siapa," tungkasnya