Orang Tua Wajib Simak! Ini Pemicu Bullying Terhadap Anak

Ilustrasi bullying
Ilustrasi bullying
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Kasus perundungan atau bullying yang terjadi belakangan ini telah merasahkan banyak pihak. Lantas apa yang memicu seorang anak tega melakukan aksi keji seperti itu?

Menurut Dosen Psikolog Universitas Pancasila (UP), Putri Langka, kasus bullying yang dilakukan oleh anak dipicu berbagai faktor. Salah satunya adalah sosial ekonomi.

Ia menjelaskan, ada beberapa alasan anak melakukan itu, di antaranya karena pendidikan yang minim mengenai etika, moral, nilai-nilai sosial, dan budi pekerti.

"Sehingga anak tidak memiliki panduan yang jelas mengenai perilaku mana yang baik dan yang tidak," katanya saat dikonfirmasi pada Rabu, 4 Oktober 2023.

Alasan lainnya, menurut Putri Langka adalah kebutuhan untuk diakui atau memiliki power, dimana salah satu cara menunjukkannya adalah dengan melakukan perundungan terhadap anak-anak lain.

"Saat anak-anak lain merasa takut dan cenderung menurut, maka Ia merasa puas karena memiliki pengaruh terhadap orang lain," katanya.

Kemudian alasan berikutnya adalah balas dendam. Adakalanya perundung adalah anak-anak yang juga pernah mengalami kekerasan dan merasa marah dengan keadaan.

Sehingga ia pun melampiaskan kekesalannya kepada anak lain. Namun, kata Putri Langka, bisa juga karena merasa terancam.

Ada situasi dimana seorang anak merasa terancam dengan kehadiran anak lain yang mungkin dianggap memiliki kelebihan, dibanding dirinya. Atau terancam dengan kehadiran anak yang terlihat berbeda.

"Keadaan ini mengusik dirinya, sehingga cara untuk membuat dirinya nyaman adalah dengan merundung anak tersebut," tutur psikolog tersebut.

Selanjutnya, adalah karakteristik kepribadian yang mengarah para antisosial, sehingga cenderung memiliki dorongan untuk bertindak agresif, tidak taat hukum dan impulsif.

"Apabila kita perhatikan, perilaku merundung akhir-akhir ini memiliki kecenderungan merundung yang di luar kewajaran, hal ini bisa disebabkan juga karena beberapa hal," kata dia.

Seperti, lemahnya pelaksanaan aturan, sehingga anak merasa memiliki celah untuk meningkatkan perilaku agresifnya.

Putri mengatakan, kecenderungan orang tua dan sekolah untuk menutupi kejadian perundungan hanya membuat para perundung belajar bahwa perilaku mereka minim konsekuensi.

"Hal ini menyebabkan mereka semakin berani melanggar aturan."

Lalu, yang juga harus diantisipasi adalah mencontoh perilaku merundung, baik secara langsung, atau melalui film maupun media sosial.

"Tontonan tersebut kadang justru memberikan ide terhadap perundung dan mereka mencoba mempraktekkannya," ucap Putri.

Lebih lanjut Kepala Humas UP itu mengatakan, biasanya pelaku memiliki fasilitas yang mendukung aksi perundungan atau bullying, misalnya tempat tongkrongan yang tersembunyi, uang untuk membeli kesetiaan kelompoknya, jaringan geng atau orang-orang berpengaruh yang membantu Ia lolos dari sanksi.

Ia menjelaskan, pada cyberbullying, kaburnya identitas juga memberikan kesempatan pada para pelaku untuk menyerang korban melalui media sosial. Sebab kekaburan identitas membuat mereka berpeluang lolos dari hukuman.

"Dalam kasus anak, seharusnya sekolah, keluarga dan semua pihak bekerjasama untuk menyikapi pelaku perundungan anak," ujarnya.