Blak blakan Soal Film Vina Sebelum 7 Hari, Sutradara: Kita Langsung Napak Tilas
- Istimewa
Siap –Kemunculan Film Vina Sebelum 7 Hari yang tayang sejak 8 Mei 2024 di bioskop menuai pro kontra di tengah masyarakat.
Pasalnya, banyak yang pro terhadap film besutan sutradara Anggy Umbara itu tapi ada juga yang tidak menyukainya.
Kedua kubu memiliki alasannya sendiri yang melatarbelakangi kenapa suka dan tidak suka.
Namun dibalik pro kontra tersebut, sutradara Film Vina Sebelum 7 Hari Anggy Umbara mengatakan bahwa tidak ada masalah terkait hal itu.
Karena kata Anggy, yang terpenting bagaimana saling menghormati satu sama lain baik yang suka ataupun tidak suka.
Anggy Umbara mengaku, film Vina: Sebelum 7 Hari memiliki kedekatan secara emosional karena dia sendiri berasal dari Cirebon.
"Saya dari Cirebon. Ayah saya sutradara pertama dari Cirebon. Baru setelah itu muncul sutradara-sutradara Cirebon lainnya.Waktu Pak Dheeraj menawarkan, film itu langsung relate ke saya. Ada kedekatan lokal buat saya," ungkap Anggy Umbara di bilangan Epicentrum Rasuna Said Jakarta Selatan, belum lama ini.
Proses pembuatan film Vina: Sebelum 7 Hari diketahui dibuat berdasarkan kejadian nyata di balik kasus meninggalnya Vina pada 2016 silam.
Dia diperkosa dan dibunuh secara keji oleh geng motor yang awalnya diklaim sebagai kecelakaan tunggal.
Dalam perjalanan kasusnya, kasus kematian Vina ini kemudian digeser bukan sebagai kecelakaan, tapi tindak pidana pembunuhan.
Namun masih ada beberapa pelaku yang belum ditangkap sampai sekarang dan belum mendapat hukuman atas perbuatan keji yang telah dilakukan.
Hal ini yang memotivasi Anggy Umbara tertarik menjadikannya sebagai film.
Dia tidak mau ada Vina Vina lainnya menjadi korban berikutnya.
Dia ingin kasus Vina menjadikan kesadaran bagi banyak pihak.
Sejak awal menggarap film Vina, dia ingin proses pembuatannya bukan karya fiksi.
Oleh sebab itu, dia bersama tim melakukan penelusuran data sebelum mengeksekusinya menjadi sebuah film.
Data itu bukan hanya yang bersumber dari kepolisian atau fakta persidangan, namun juga berdasarkan kesaksian sejumlah orang atas kasus pembunuhan Vina yang dilakukan secara keji.
"Pertengahan tahun lalu kalau nggak salah, kita ngobrol panjang dengan semua anggota keluarga. Dengan ayah dari almarhumah, dengan ibunya, mbak Marliana, dengan nenek yang waktu itu kurang sehat. Jadi pada waktu itu sudah ada photographic memory saya dan penulis karakternya, filmnya akan seperti ini, dll. Secara data lumayan akurat," paparnya.
Setelah menggali sejumlah informasi penting, juga dilakukan napak tilas ke sejumlah tempat kejadian yang menjadi saksi bisu di balik tragedi penganiyaan hingga pembunuhan Vina.
"Kita benar-benar napak tilas ke tempat kejadian satu persatu sampai detail banget. Di semua tempat itu ada video dan foto-fotonya," beber Anggy Umbara.
Setelah itu, tim kemudian bekerja menentukan mana karakter yang perlu diangkat dan mana yang harus dihilangkan atau disamarkan.
"Kita disclaimer juga bahwa tidak semua karakter ada di dalam film ini. Ada yang sengaja kita samarkan, ada institusi yang kita samarkan di film ini," bebernya.
Pada saat proses syuting dilakukan, tim Anggy Umbara menangis karena langsung tergambarkan betapa kejinya pembunuhan dilakukan terhadap Vina.
Mereka sadar sedang menjalani syuting bukan dari cerita fiksi. Film Vina: Sebelum 7 Hari didasarkan pada kejadian nyata dan lokasi syutingnya pun di tempat yang sama dimana Vina dibunuh.
"Dari mulai syuting kayak miris, tim sampai nangis atas kejadian yang dialami Vina. Saya juga nangis cuma saya berusaha tutup-tutupi karena saya malu," pungkasnya.