Kisah Pahit Habib Bahar Rintis Ponpes: Makan Bareng Santri Cuma Pakai Jantung Pisang
- Tangkapan layar YouTube Qolbu Aswaja
"Saya tidak ada harta, saya tidak punya uang, ini pondok pesantren ini dulu semuanya ini bambu, pohon-pohon pisang."
Ia teringat, saat awal berdiri, pondok pesantren tersebut hanya memiliki sekira 20 orang murid (santri).
"Rumah saya dulu rumah kayu, anak-anak pondok dulu yang 20 orang itu cuman nginep di kayu."
Bahar menegaskan, sejak awal dibangun dirinya tidak mau menerima sumbangan dari pejabat. Menurut dia itu untuk menghindari fitnah.
"Siapapun pejabatnya, apapun partainya, pejabat saya enggak mau terima. Sebagai apa? Ikhtiar, berhati-hati saya enggak mau bukan berarti kalau pesantren enggak boleh yang kemarin yang lain silakan enggak ada masalah, halal. Jadi untuk diri saya sendiri saya larang, saya haramkan pesantren saya untuk menerima dana dari pejabat."
Habib Bahar memastikan, belajar di ponpesnya ini gratis, alias tidak dipungut biaya.
"Karena saya melihat banyak pondok-pondok pesantren yang masuk biayanya mahal, kasihan. Maka saya bikin ini pesantren semua santri-santri yang masuk itu gratis dan kebanyakan kalau orang susah, anak-anak yatim," jelasnya.