Manuver Licik Ketua MK Rancang Gibran Jadi Cawapres, Kekuasaan Sang Ayah Tetap dalam Genggaman!

Tangkap layar
Sumber :
  • Youtube bocor alus politik

Siap –Dalam sebuah manuver politik yang licik, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman disorot karena dituduh menghalalkan langkah untuk menjadikan Gibran Rakabuming, putra Presiden Jokowi, sebagai calon wakil presiden. 

MK Lantik 735 Personel Sengketa Pilkada 2024

Dalam investigasi dikutip SiapViva dari Kanal Youtube Bocor alus Tempo Kehebohan ini mencuat setelah putusan MK tertentu terkait gugatan politik. 

Beberapa narasumber mengungkapkan bahwa informasi ini bahkan bocor sebelum diumumkan, memunculkan kontroversi di berbagai kalangan.

Sentil Nama Jokowi, Pernyataan Hasto Viral Disambut Said Didu, PDIP Ikut Andil?

Anwar Usman, pamannya Gibran, disebut-sebut terlibat dalam strategi politik ini. Meski dalam beberapa kesempatan ia menegaskan netralitasnya, informasi menunjukkan sebaliknya.

Usman diyakini telah melakukan manuver di antara hakim-hakim MK untuk mendukung keputusan yang menguntungkan Gibran.

Kampanye Akbar Terakhir RIDO Undang Jokowi, Ridwan Kamil: Tuh Penganten Ibarat Cuma Datang

Beberapa pejabat MK bahkan mengakui adanya komunikasi intensif dari Usman sebelum putusan tersebut.

Gibran, yang pada awalnya dikabarkan mengurus Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Solo, kemudian menarik perhatian karena berada di tengah perbincangan sebagai calon wakil presiden. 

Namun, masuknya Gibran sebagai cawapres dalam koalisi Prabowo mengundang kritik tajam dari berbagai pihak, terutama melihatnya sebagai contoh nepotisme politik.

Kontroversi semakin memuncak ketika putusan MK tersebut diduga bocor sebelum diumumkan.

Hal ini mengundang pertanyaan serius terkait keberlanjutan demokrasi dan independensi lembaga hukum di Indonesia. 

Sebuah pertemuan antara Prabowo dan SBY, ketua umum Demokrat, juga dilaporkan membahas dampak politik dari putusan MK dan menggagalkan rencana deklarasi cawapres.

Di sisi lain, upaya koalisi Prabowo untuk merapatkan partai-partai pendukungnya menemui hambatan, terutama terkait pencalonan cawapres. 

Erik Thohir, yang sempat muncul sebagai kandidat potensial, tidak sepenuhnya didukung oleh partai Golkar yang ingin menjaga kepentingan internalnya. Sebagai hasilnya, dinamika politik di Indonesia semakin kompleks dengan potensi pecah belah di koalisi oposisi.

Demikianlah perkembangan terkini mengenai manuver politik yang kontroversial ini, menyisakan banyak pertanyaan terkait integritas lembaga hukum dan stabilitas politik di tanah air.