Tren Nangisin Capres di TikTok: Antara Emosi Atau Gimick Belaka dari Pendukung Paslon 02

Prabowo vs Anies
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Pemilu 2024 menjadi sorotan ketika tren "Nangisin Capres" menggema di TikTok, memperlihatkan emosi para warganet menyusul kekalahan Capres pilihan mereka dalam debat. Meski viral, kontroversi pun tak terelakkan.

TikTok Ramai 'Cek Khodam', Penjelasan Buya Yahya Menurut Islam

Dibalik wajah sedih di video tersebut, muncul pertentangan di dunia digital. 

Twitter dan Instagram menilai tren ini kontraproduktif bagi demokrasi, menyebabkan penulis menjelajahi fenomena ini melalui lensa sosiologi politik.

Diduga Kena Mental Gegara Marshel Banjir Kritikan Pedas, Sang Istri Unggah Status Begini di Medsos

Analisis mendalam terungkap bahwa emosi pemilih, terutama anak muda, tercermin dalam tren ini. 

Debat Capres menjadi panggung ketegangan, dengan perdebatan substansial tergantikan oleh reaksi emosional yang dipicu algoritma digital.

Mendadak Viral Gegara Nyalon Jadi Calon Walikota Tangsel, Begini Masa Lalu Marshel Widianto

Sejak debat pertama, Prabowo Subianto menjadi fokus, kekalahan berlanjut dalam debat ketiga. 

Namun, perdebatan seharusnya berpusat pada gagasan dan program, bukan emosi. Tren ini menggarisbawahi bagaimana emosi dapat merusak basis rasionalitas pemilihan.

Anak muda, sebagai pemilih dominan, memiliki peran kunci. 

Dalam era digital, perilaku mereka dipengaruhi oleh algoritma. Tren "Nangisin Capres" menjadi hasil dari kompetisi sengit Capres di ranah digital, merebut perhatian generasi digital.

Namun, tantangan muncul bagaimana memanfaatkan algoritma untuk memengaruhi pemilih tanpa mengorbankan substansi politik. 

Hegemoni algoritma harus diimbangi dengan konten yang membangun visi dan gagasan, bukan hanya gimik politik yang berisiko merusak demokrasi elektoral.