Mengurai Sejarah Pembangunan Jalur Kereta Api di Indonesia

Potret kereta api tempo dulu.
Sumber :
  • tropenmuseum.nl

Siap – Berkembangnya teknologi di Eropa perlahan memengaruhi kemajuan transportasi di Jawa pada abad ke-19.

Inalillahi, Kereta Pandalungan Anjlok di Sidoarjo!

Usaha peningkatan perkeretaapian, dinukil buku Kereta Api Indonesia dikeluarkan Departemen Penerangan RI pada 1978, menjadi pusat perhatian pemerintah kolonial, meski memakan dana cukup besar.

Biaya meliputi: pembelian tanah, biaya konstruksi, pembangunan jembatan, terowongan, dan perangkat lain, serta pembuatan fasilitas stasiun, pemeliharaan, lokomotif, gerbong barang, dan lainnya.

Berikut Jadwal Kereta Gagal Berangkat Imbas Trabakan KA Lokal Baraya dan KA Turungga

Pembangunan Jalur-jalur

 

Catat! Istilah Dalam Dunia Perkeretaapian yang Harus Kamu Ketahui

Salah satu pembangunan jalur kereta.

Photo :
  • kitlv

 

Kamis, 17 Juni 1864, pembangunan jalur kereta api dimulai. Pencangkulan pembangunan jalur kereta api dilakukan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, LAJ Baron Sloet van den Beele.

Jalur kereta api sepanjang 26 km dengan rute Kemijen-Tanggung rampung dikerjakan. Perusahaan Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) menginisiasi pembangunan tersebut.

NISM kemudian membangun jalur kereta api dengan rute Semarang-Surakarta pada 10 Februari 1870. Rute sepanjang 110 km tersebut, difungsikan NISM untuk mengangkut hasil bumi seperti kopi, cengkeh, tembakau, teh, dan gula.

Perusahaan kereta api swasta pertama di Hindia Belanda tersebut lantas melebarkan sayap bisnisnya.

Kamis, 1 November 1894, NISM meresmikan penggunaan jalur rel sepanjang 118 km Tasikmalaya dan Kesugihan. Momen tersebut merupakan bagian terakhir jalan rel guna menghubungkan Jakarta-Surabaya.

Perjalanan ke Surabaya dengan kereta api dimulai dari Jakarta ke Bogor lanjut ke Sukabumi dan berhenti di Bandung, sebagai tempat perhentian pertama untuk bermalam dan beristirahat setalah menempuh perjalanan sehari penuh.

Keesokan harinya, perjalanan dilanjutkan melalui Tasikmalaya hingga Yogyakarta yang merupakan ujung terakhir jaringan jalan rel SS bagian barat dan tempat bermalam kedua.

Hari ketiga, perjalanan dilanjutkan dari Yogyakarta menggunakan kereta api milik NISM melalui jalur dengan lebar kereta 1435 mm ke Solo (Perusahaan kereta api NISM membuka jalur kereta api pertama di Indonesia mulai dari Semarang melalui Solo sampai Yogyakarta).

Di Solo, penumpang mesti berganti kereta lagi. Mereka pindah ke kereta api SS dengan lebar kereta 1067 dan melanjutkan perjalanan ke Surabaya melalui Madiun dan tiba di Surabaya petang hari.

Darmawan dalam buku Jalan Rel No 1 menyebutkan, jarak perjalanan seluruhnya sepanjang 901 km ditempuh dalam 32 jam 30 menit ditambah dua malam untuk beristirahat.

"Untuk mengurangi waktu perjalanan, SS bekerja sama dengan NIS memasang rel ketiga di antara rel NIS pada jallur Yogyakarta-Solo," tulisnya.

Adapun peresmiannya dilakukan pada Kamis, 6 Februari 1896, dan waktu perjalanan menjadi 24 jam.

Pembangunan jalur tak hanya di Pulau Jawa. Jalur kereta juga dibangun di Banda Aceh (1874), Sumatra Utara (1886), Sumatra Barat (1891), Sumatra Selatan (1914), dan Sulawesi Selatan (1922).

Pembangunan berlanjut hingga masa pendudukan Jepang. Beberapa jalur kereta api dibangun di antara rute Bayah-Cikara sepanjang 83 km di Lebak, Banten dan Muaro-Pekanbaru (220 km) di Riau.

Namun, pada 1942-1943 sebagian rel tersebut dibongkar oleh Jepang dan dibawa ke Myanmar untuk pembangunan jalur kereta api di sana.