Skandal Kontroversial! Penyebab Pemecatan Ketua PWNU Jatim, Netral atau Main Mata Dukung Paslon Amin

KH Marzuki Mustamar dicopot sebagai Ketua PWNU Jatim
Sumber :
  • NUOnline

Siap –Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Kiai Marzuki Mustamar, dikejutkan dengan pencopotan dirinya sebagai Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim). 

Hubungan PKB dan PBNU Kian Memanas, Cak Imin: Maaf Saya Ga Dateng Karena Sengaja?

Keputusan kontroversial ini disebut terkait dengan dugaan ketidaknetralannya dalam Pilpres 2024.

Surat pemecatan PBNU

Photo :
  • Istimewa
Luhut Optimis Pemerintahan Prabowo-Gibran bakal 'Tancap Gas' Usai Dilantik

Menurut sumber terpercaya, Marzuki membantah tudingan tersebut dengan tegas.

"Kami tidak tahu (alasan pencopotan) karena yang saya gandoli sebagai pengurus NU saya harus netral," kata Kiai Marzuki pada Kamis, 28 Desember 2023.

Bukti Cinta Habaib, Jutaan Manusia Hadiri Puncak Haul Habib Abu Bakar Assegaf Gresik

Meski membantah, Kiai Marzuki menyatakan bahwa sikap netralitasnya selama Pemilu 2024 tak berarti menutup diri dari golongan atau partai politik manapun. 

"Netral itu merangkul semua," tegasnya.

Marzuki juga mengungkapkan bahwa sebagai ulama NU di Jawa Timur, ia selalu berusaha mengayomi semua golongan, bahkan menghadiri acara bersama Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, yang merupakan pendukung Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.

Namun, keputusan tegas PBNU memberhentikan Marzuki dari jabatan Ketua PWNU Jatim memunculkan pertanyaan besar.

 Surat Keputusan PBNU yang dikeluarkan pada 16 Desember 2023, menunjukkan bahwa pencopotan tersebut berdasarkan pertemuan jajaran syuriah dan tanfidziyah PBNU.

Kiai Marzuki menyoroti konten negatif di media sosial yang memframing dirinya tanpa klarifikasi terlebih dahulu. 

Jika isu ini menjadi latar belakang pencopotannya, Marzuki menganggapnya tidak tepat. 

"Harusnya siapapun yang menganggap saya condong kepada salah satu paslon, sebelum menuduh atau memvonis harus tabayun dulu," jelasnya.

Pencopotan ini menciptakan gelombang kontroversi dan ketidakpuasan di kalangan masyarakat, mempertanyakan sejauh mana netralitas seorang ulama dalam konteks politik.

Terlebih lagi, Kiai Marzuki dikenal sebagai figur yang sering melibatkan diri dengan berbagai kelompok dan partai politik di Indonesia.