Jejak Hitam Freemason: Kuil Pemuja Setan dan Rahasia Bangunan Tua Jakarta Terbongkar!
- Istimewa
Siap –Jakarta selalu menyimpan cerita misterius, dan kali ini fokus pada Freemasonry, organisasi yang masih menjadi tanda tanya bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Sejauh mana anggapan bahwa Freemasonry terkait dengan pemujaan setan? Mari kita telaah dari Anggaran Dasarnya yang menunjukkan pandangan hidup jiwa yang berusaha mengembangkan sifat roh dan hati nurani untuk meningkatkan moral manusia.
Freemasonry memasuki Indonesia melalui orang Belanda pada abad ke-18, dipelopori oleh Jacob Cornelis Mattheus Radermacher.
Jakarta sendiri menyimpan jejak sejarah Freemasonry melalui loji-loji tempat beraktivitas para anggotanya.
Salah satu tempat yang mengundang rasa ingin tahu adalah gedung Kimia Farma di Jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat, yang dulunya menjadi loji Freemasonry dengan sebutan "De Ster in het Oosten" atau Bintang Timur.
Gedung ini kemudian dipindahkan menjadi gedung Bappenas, tetapi meninggalkan aura kolonial yang menarik.
Di lantai paling atas, konon, para anggota Freemasonry pernah mengadakan pertemuan yang misterius.
Simbol-simbol Freemasonry juga tidak hanya ditemukan di loji-loji, tapi juga terpajang di Museum Prasasti.
Beberapa nisan besar dengan simbol-simbol yang erat dengan Freemasonry memberikan nuansa misterius di tempat ini.
Ada simbol jam pasir yang melambangkan kekalnya waktu, simbol tengkorak dan tulang bersilang yang mengajak pada pemikiran spiritual dan intelektual.
Bahkan, simbol mata satu, segitiga, kotak, dan kompas terukir dalam nisan-nisan yang menambah teka-teki.
Namun, perlu diingat bahwa simbol-simbol ini tidak boleh disamakan dengan pemujaan setan atau keterlibatan dengan Yahudi. Freemasonry memiliki cerita sejarah tersendiri yang unik.
Dalam mengeksplorasi jejak sejarah kelam Freemasonry di Jakarta, penting bagi kita untuk memahami makna di balik simbol-simbolnya.
Dengan begitu, kita dapat menyingkirkan stereotip dan lebih mendalam memahami peran Freemasonry dalam sejarah ibu kota.