Zulhas Dituduh Menistakan Agama Waketum MUI Ajak Masyarakat Tabayun

Tokoh ulama PBNU
Sumber :
  • Amieamuy

Siap –Kontroversi melanda dunia maya setelah Pernyataan Ketua Umum PAN, Zulhas, mengenai solat Magrib memicu perdebatan sengit di media sosial. 

Heboh Video Menteri Zulhas Hadiahi Cucu Gepokan Uang Saat Ulang Tahun: Banyak Banget Opih

Sorotan pertama muncul ketika tokoh ulama NU, Kiai Haji Muhidi, memberikan respons atas pernyataan tersebut, menciptakan gejolak di antara para netizen.

Waketum MUI, Kiai Haji Marsudi Syuhud, mengajak masyarakat Indonesia untuk mengedepankan sikap tabayun dalam menanggapi tuduhan terhadap Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan. 

Polda Metro Jaya Akan Panggil Fashion Stylist Wanda Hara Atas Kasus Dugaan Penistaan Agama

Kiai Marsudi Syuhud menegaskan pentingnya membuka ruang klarifikasi dan memaafkan, terutama jika kata-kata yang digunakan dalam kampanye capres-cawapres disalahartikan.

"Lebih baik adu gagasan yang sehat daripada kata-kata salah yang menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan kepleset omongan yang seharusnya tidak jadi persoalan," tegas Kiai Marsudi Syuhud.

Hubungan PKB dan PBNU Kian Memanas, Cak Imin: Maaf Saya Ga Dateng Karena Sengaja?

Mengenai isu AMIN dan telunjuk saat tasyahud, Kiai Marsudi mengingatkan masyarakat untuk membedakan konteks Pilpres 2024 dengan urusan ibadah. 

"Ketika urusannya ibadah, jangan diganti-ganti. Saya harap para juru kampanye dan pendukung mampu memilah kata yang tepat," sambungnya.

Penjelasan Kiai Marsudi tidak hanya mencakup pernyataan Zulhas, tetapi juga melibatkan Ustaz Abdul Somad (UAS), Ustaz Adi Hidayat, dan Anies Baswedan.

UAS pernah menyampaikan keterkaitan telunjuk dengan mazhab, sementara Ustaz Adi Hidayat membagikan pengalaman kontroversial saat mengimami salat berjamaah di Kuwait.

"Soal Anies, sesungguhnya ger-geran ini bukan hanya dari Zulhas, Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Abdul Somad, dan Anies, tetapi juga dari orang-orang di pinggir jalan yang ikut berkontribusi dalam candaan semacam itu," ungkap Kiai Marsudi Syuhud.

Kontroversi ini menegaskan pentingnya dialog terbuka, klarifikasi, dan pemahaman yang lebih mendalam dalam menyikapi pernyataan kontroversial terkait agama, khususnya di tengah suasana politik menjelang Pilpres 2024.