Menanti Riwayat Jembatan Panus, Depok
- Istimewa
Siap – Salah satu jembatan bersejarah yang dibangun sekira tahun 1917 di Jalan Siliwangi, Pancoran Mas, Depok, nampak berdiri kokoh melintas aliran Sungai Ciliwung.
Jembatan yang merupakan karya Andre Laurens itu boleh dikatakan unik karena tidak disanggah oleh beberapa tiang besi melainkan hanya dengan tumpukan batu dan semen.
Adapun Andre Laurens merupakan salah satu keturunan dari kaum 12 marga yang sangat identik dengan tokoh Cornelis Chastelein.
Di antara siliran angin yang berembus, desik daun bambu yang riang berkumandang, serta deras laju aliran Sungai Ciliwung, seolah membuat diri larut dalam kesunyian.
Seperti halnya Jembatan Panus yang begitu khusyuk oleh keadaan tersebut.
"Hati-hati, jalannya licin," sejarawan JJ Rizal beberap waktu lalu.
Meski siang itu sinar matahari panas membakar kulit, namun tak menyurutkan semangat para pegiat itu untuk meninjau langsung keadaan terkini Jembatan Panus.
Ya! Bangunan sejarah yang berusia 100 tahun lebih itu kini dalam keadaan memprihatinkan.
Ihwal demikian dikarenakan kurangnya rasa peduli pemerintah kota Depok atas jembatan bersejarah untuk melestarikan serta merawat seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Menurut JJ Rizal, jembatan tersebut merupakan saksi bisu peradaban dan perkembangan kota Depok.
Apalagi, pada abad pertengahan 19, jembatan itu merupakan akses penting masyarakat Depok untuk menjual hasil bumi yang mereka upayakan.
"Jembatan Panus merupakan satu-satunya jembatan yang menghubungkan Depok dengan kota sekitarnya. Bisa dibilang, Jembatan Panus sebagai sumber peradaban dan penggerak perekonomian warga Depok," tutur JJ Rizal.
Berdasarkan fungsi pada masa lalu dan kini, JJ Rizal mengaku terenyuh jika melihat keadaan jembatan yang kemungkinan besar akan roboh.
Padahal, JJ Rizal menjelaskan bahwa di pelbagai negara jembatan merupakan simbol yang melekat pada peradaban.
Karena itu, kata JJ Rizal, mestinya pemerintah kota Depok menjaga serta melestarikan jembatan tersebut.
"Depok merupakan kota yang kaya sejarah, tapi pemerintahannya abai. Banyak bangunan bersejarah yang tidak terawat. Bahkan, sampai terhimpit dan hilang ditelan pembangunan yang menggila," tandasnya.
JJ Rizal mengimbau pemerintah kota Depok agar tidak berlindung dengan dalih kewenangan perbaikan dan perawatan jembatan yang berada di Ciliwung ada di pemerintah pusat.
"Jembatan Panus merupakan bangunan sejarah Depok, dan menjadi bagian dari kota Depok," pungkasnya.
Karena itu pula JJ Rizal beserta para pemerhati sejarah Depok akan terus menyuarakan aspirasinya sampai pemerintah kota Depok terketuk hati untuk merawat situs kota.
"Kalau pemerintah kota Depok tetap tidak peduli dan tidak ada respons, kita akan ngoceh terus, kita akan bicara terus, kita akan bawel terus, kta akan ceriwis terus, karena saat ini yang bisa kita lakukan hanya satu, cerewet," kata dia.
"Ini adalah harta kita. Dan selanjutnya kami akan menggunakan daya upaya kekuatan masyarakat itu sendiri untuk menyelamatkan situs-situs sejarah," katanya.