Ono Surono Singgung Soal Barak Militer, TMI Jabar: Itu Bukan Eksperimen Tapi Solusi Konkret Atasi Kenalan Remaja

Potret Daddy Palgunadi dan Ono Surono
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Menanggapi polemik publik terkait kebijakan penanganan kenakalan remaja melalui pendekatan pendidikan semi militer di Jawa Barat, Direktur Eksekutif Tan Malaka Institute Jawa Barat, Daddy Palgunadi, menyatakan bahwa pendekatan tersebut bukanlah hal baru dan terbukti efektif membentuk karakter remaja yang lebih disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab.

Gaungkan Indonesia Emas dari Tanah di Pasundan di Kopdarwil DPW PSI Jabar, Siapkan Diri Hadiri Kongres di Solo

“Pendidikan semi militer bukan eksperimen. Ini adalah metode yang sudah lama digunakan dalam pelatihan CPNS, ASN, TNI, Polri, bahkan kaderisasi kepemimpinan. Jadi tidak asing bagi Indonesia,” tegas Daddy.

Menurutnya, fenomena kenakalan remaja yang semakin ekstrem tawuran, geng motor, narkoba membutuhkan pendekatan terstruktur dan tegas.

Sempat Putus Asa Ingin Lapor Polisi, Ini Doa Tulus Warga Depok Saat Lepas Anaknya ke Barak Militer

Banyak orang tua, lanjutnya, kini menyerahkan sepenuhnya anak-anak mereka kepada negara karena sudah tidak mampu mendidik di rumah.

“Negara hadir sebagai rumah kedua. Dan dalam situasi krisis sosial seperti ini, kedisiplinan bukanlah pilihan, tapi kebutuhan,” tambahnya.

Melongok Persiapan Barak Militer untuk Ratusan Pelajar di Markas Kostrad Cilodong Depok

Daddy merespons kritik dari Anggota DPR RI Ono Surono, yang menyarankan agar negara memaksimalkan lembaga seperti pesantren dan panti sosial alih-alih membangun barak militer.

Ia menilai kritik tersebut kurang sensitif terhadap realitas di lapangan.

“Semua pendekatan baik. Tapi ketika masyarakat sudah kehabisan daya, jangan larang solusi yang terbukti bisa bekerja. Ini bukan soal keras atau lembut, ini soal menyelamatkan generasi,” ujar Daddy.

Lebih lanjut, Tan Malaka Institute menegaskan bahwa pendidikan semi militer harus tetap diimbangi dengan pendekatan lain seperti pendampingan psikologis, konseling keluarga, pendidikan nilai dan integrasi sosial.

Tujuannya adalah menciptakan remaja yang tidak hanya disiplin, tapi juga memiliki kesadaran moral dan sosial.

“Pendekatan militer bisa memberi kerangka, tapi spiritualitas, nilai-nilai budaya, dan komunitas memberi makna. Kita butuh keduanya,” pungkas Daddy Palgunadi.