Dua Dekade Setelah Tsunami Aceh: Kemajuan Teknologi dan Upaya Pencegahan Bencana
- viva.co.id
Siap – Dua puluh tahun yang lalu, pada tanggal 26 Desember 2004, Provinsi Aceh diguncang oleh salah satu bencana alam terdahsyat dalam sejarah—tsunami yang dipicu oleh gempa bawah laut.
Tragedi ini menelan lebih dari 160 ribu jiwa dan menyebabkan kerugian materi yang ditaksir mencapai Rp 13,4 triliun.
Dari puing-puing tragedi tersebut, Pemerintah Indonesia bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengambil langkah signifikan untuk mengurangi dampak bencana serupa di masa depan.
Salah satu upaya paling krusial adalah pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Ina-TEWS), yang mulai beroperasi sejak tahun 2008.
Berlokasi di lantai 2 Gedung C Komplek BMKG di Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta, Ina-TEWS menjadi tulang punggung upaya Indonesia dalam mendeteksi dan memberikan peringatan dini tentang potensi tsunami sesaat setelah terjadi gempa.
Sistem ini dilengkapi dengan teknologi terkini yang memungkinkan para operator untuk merespons setiap aktivitas seismik di seluruh nusantara.
Menurut Muhaimin, seorang seismolog yang juga mengawasi operasional Ina-TEWS, hampir setiap hari terjadi gempa di Indonesia dengan frekuensi berkisar antara 2-6 kali.