Kisah Mentan Amran Sendirian Nyusup ke Mafia Pangan: Aku Ini Kan Tim Sukses, Mau Juga Dong
Siap – Publik kembali digegerkan dengan pengakuan yang diungkap Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman soal mafia pangan. Saking dongkolnya, ia bahkan sempat loh turun langsung membongkar praktik curang tersebut.
"Saya tahu mafia kuat, tapi negara tidak boleh kalah," ujarnya dikutip siap.viva.co.id dari channel YouTube Metro TV bersama Kick Andy belum lama ini.
Mentan Andi Amran kemudian mengungkap, salah satu contoh yang baru kejadian adalah praktik curang mafia pupuk.
"Jadi ada empat perusahaan itu pupuk palsu. Akibatnya ini luar biasa. Maaf, tidak punya adab sama sekali," tuturnya.
Gegara empat perusahaan nakal itu, ada sebanyak 100 ribu petani yang menderita gagal panen.
"Nah kita kali 4, berarti ada 400 ribu orang petani kita yang menderita dengan modal pas-pasanm dan bukan kerugian karena pupuk saja, tetapi dia sudah mengolah tanah, sudah pembibitan, sudah bekerja 4 bulan tapi hasilnya nol," jelasnya.
Jadi, kata Mentan Andi Amran, bukan nilai pupuknya saja yang jahat, tapi dampak memberikan pupuk palsu itu juga memberikan kerugian besar bagi petani.
"Itu angkanya Rp3,2 triliun, dan ini tidak manusiawi, orang miskin yang dizalimi."
Mendapat laporan tersebut, Mentan Andi Amran langsung mengambil tindakan tegas. Ia blacklist empat perusahaan tersebut dan mengirimkan datanya ke penegak hukum agar dihukum seberat-beratnya.
Kemudian yang kasus kedua, ada 23 perusahaan dan 30 persen di bawah standar pupuknya.
"Artinya merugikan juga petani, sebab produksinya turun 30 persen kalau kita hitungan sederhana," ujarnya.
Menurut dia, apa yang dilakukan para mafia pangan itu betul-betul tidak tidak beradab.
"Tidak punya perasaan sama sekali. Sudah tidak berbuat untuk negara, eh dia rusak lagi sektor pangan yang vital. Ingat, pangan bermasalah negara bermasalah," katanya.
Selain itu, Mentan Andi Amran juga mengungkap bahwa dirinya pernah memberangus mafia pangan dari sektor jagung.
"Kami lagi produksi jagung waktu itu, lagi pick season, panen puncak. Nah tiba-tiba impor masuk itu nilainya Rp6 triliun. Kami langsung cek di Surabaya waktu itu, kami ketemu dirjen," tuturnya.
Amran yang penasaran lantas menanyakan alasan impor jagung tersebut pada sang dirjen. Dengan entengnya ia menyebut sudah biasa melakukan hal itu.
Perkataan sang pejabat membuat Amran naik pitam.
"Tahu enggak, kamu membunuh rakyat Indonesia. Petani jagung kita katakanlah 10 juta atau 20 juta petani ini langsung bangkrut seketika. Karena harga Rp3.000 turun menjadi Rp1000," ujarnya.
"Bisa bayangkan kita kalkulasi kemarin, kerugian petani kita itu bisa Rp40 triliun. Itu kerugian orang sulit, orang susah," sambungnya.
Amran lantas memanggil dirjen tersebut mempertanggung jawabkan perbuatannya.
"Ini siapa yang buat aturan? Aku tanda tangan sini, tak ganti. Hari Minggu aku ganti. Terus stop semua yang bawa jagung. Berapa kapal? Stop, enggak boleh bongkar. Berikutnya tidak boleh bongkar. Balik," bentak Andi Amran pada sang dirjen.
Menurut dia, itu sama saja dengan membunuh petani Indonesia secara tidak langsung.
Nyusup Bongkar Mafia Pangan
Tak sampai disitu. Amran yang penasaran dengan praktik nakal anak buahnya itu kemudian melakukan penyelidikan secara langsung.
"Kami telusuri ini siapa pelakunya. Nah kami ketemu orangnya dan ini satu rahasia juga, jangan bawa ajudan kalau menjalankan misi khusus, itu (dia) yang bocorkan. Sopir, ajudan, sahabat, jangan. Jalan sendiri aja," kata Amran mengungkap pengalamannya beberapa waktu lalu.
Tanpa pikir panjang, Amran benar-benar menjalankan aksinya seorang diri tanpa pengawalan ataupun ajudan. Ia memilih naik taksi untuk menemui dalang di balik kasus impor jagung tersebut.
"Aku jalan, ketemulah yang impor. Aku tanya, impor ya? Iya pak. Pak Mentri ya Pak? Iya. Dengan siapa? Sendiri," ucap Amran meniru percakapannya dengan pelaku.
"Terus kenapa impor? Padahal ini musim panen. Oh anu pak, ini karena izinnya sudah selesai. Terus pastikan anda bagi-bagi? Apa pak menteri mau? Iyalah masa enggak, aku ini kan tim sukses, mau juga dong," sambungnya.
"Bapak kan tegas kalau di media, iya itu kan di publik, kalau kita berdua tidak ada yang tahu. Nah bagianku ada enggak? Oh ada pak, ya you terus terimanya di mana? Di Swiss atau Singapore?" tanya dia.
"Terus ini dirjen kan bahaya nih kalau dia tahu? Oh Sudah dapat pak, Minggu lalu direktur, oh sudah dapat juga. Oke baik," timpalnya lagi meniru percakapan kala itu.
Lebih lanjut Amran meceritakan, dalam pertemuan tersebut pelaku sempat memberikan jatah yang cukup fantastis.
"Saya dikasih 5 atau 10 persen waktu itu, oke enggak masalah. Terus dapat berapa? Ini, ini, ini. Oke kebongkar semua," tuturnya.
Nah cerdiknya lagi, rupanya percakapan itu direkam oleh Amran sebagai barang bukti.
Berbekal keterangan dan alat bukti tersebut, ia kemudian memanggil sekjen untuk dimintai keterangan sekaligus sanksi.
"Pak sekjen sini. Ini 1, 2, 3 orang-orang ini pecat, ini dimutasi, ambil ujung timur dengan ujung barat. Yang dari barat pindahkan ke timur, yang dari timur pindahkan ke barat."
Awalnya si sekjen menolak, dengan alasan tak ada peringatan atau teguran lebih dulu. Namun hal itu tak membuat Amran melunak.
"Aku bilang gini, udah ini gaya baru, ikuti. Kalau dituntut itu urusan belakangan. Aku lebih pilih dituntut di dunia daripada dituntut di akhirat sama petani jagung," tegasnya.
Depak Satu Kantor
Sikap tegas Amran yang tak kenal kompromi membuat sejumlah pejabat lainnya sempat melakukan perlawanan. Namun mereka akhirnya hanya bisa pasrah, lantaran takut dijebloskan ke penjara.
"Ini perpisahan kita. Jangan menyesal kalau kamu saya kirim ke neraka ya. Dengar, kamu sudah ambil uang Rp25 juta. Minggu depan kamu mau terima Rp1 miliar, termasuk bosmu dan gengmu. Dengar, ini suaranya orang yang beri kamu uang," kata Amran sambil memegang bukti rekaman percakapan dengan pelaku.
Mendengar rekaman tersebut, pelaku pun akhirnya tak berkutik.
"Beritahu semua yang saya berhentikan dan saya mutasi. Kamu bicara kamu saya kirim ke dunia lain. Saya berhentikan satu kantor. Dirjen, sesdik, direktur habis," kata Amran mengingat kejadian waktu itu.
"Dua kali saya berhentikan, satu kantor habis tidak ada komandannya. Nah itu berat tetapi daripada mengorbankan jutaan orang. Ingat, jangan pernah menyerah, jangan pernah mengeluh, mengeluh itu gagal dan pantang meminta kecuali pada Tuhanmu," ucap Mentan Andi Amran.