Wasiat Said Didu Sebelum Diperiksa Polisi soal PIK 2: Mudah-mudahan Saya Masih Dikasih Umur
- YouTube Refly Harun
Siap – Mantan Sekretaris BUMN, Muhammad Said Didu dijadwalkan bakal menjalani pemeriksaan polisi, besok. Hal ini terkait aksi protesnya terhadap proyek strategi nasional Pantai Indah Kapuk atau PIK 2.
Namun demikian, hal itu tak membuatnya gentar. Said Didu bahkan sempat memberikan beberapa wasiat, terkait polemik PIK 2.
Dikutip dari chanel YouTube Refly Harun, Said Didu mengatakan, bahwa dirinya sangat tertegun, ketika masyarakat akan mengambil alih perjuangan ini.
"Perjuangan yang selama ini kita gelorakan untuk mengambil alih kedaulatan dan ekonomi yang selama ini dikuasai oleh oligarki yang berpusat di pantai utara Jakarta," katanya disitat pada Senin, 18 November 2024.
"Saya pikir kita semua ini sebenarnya adalah orang-orang yang ingin menjalankan apa yang diinginkan Prabowo," sambungnya.
Said Didu menjelaskan, Prabowo dalam bukunya yang berjudul Paradoks Indonesia. Dia ingin berjuang agar ekonomi itu dikembalikan, dari oligarki kepada rakyat.
Politik kedaulatan harus diambil alih dari oligarki kepada rakyat.
"Saya pikir kejadian hari ini itu bukan kejadian yang tidak di dalam tuntunan Allah Subhanahu Wa Taala," ujarnya.
Said Didu lantas mengatakan, bahwa oligarki saat ini juga sedang berjuang untuk memenangkan sejumlah calon kepala daerah. Ia lantas menyinggung proyek strategi nasional (PSN) PIK 2.
"Nah apabila dia berhasil maka Indonesia semakin dikuasai. Kasus PSN PIK 2 ini adalah kasus yang sangat telanjang. Tapi kasus seperti ini banyak sekali terjadi," ujarnya.
Said Didu kemudian menerangkan, bahwa pada zaman Sokarno, Soeharto dan seterusnya, para oligarki itu hanya menebang pohon, tidak mengambil tanahnya.
"Sekarang sejak Pak Jokowi jadi presiden, itu tanah rakyat yang diambil bukan lagi tambangnya yang diambil, tanahnya juga diambil."
Bahkan, kata dia, tanah di dekat Jakarta pun disikat. Rakyat diusir demi ambisi PSN PIK 2.
"Jadi saya hanya menyatakan pada kesempatan ini, kepada pihak-pihak berwenang tidak ada gunanya menekan Said Didu lagi, karena agenda ini sudah diambil oleh seluruh rakyat Indonesia untuk memperjuangkan hak mereka," tegasnya.
"Allahu Akbar. Allahu Akbar," pekik sejumlah orang dekat Said Didu.
Dirinya berharap, masyarakat Rempang, rakyat di Medan, Makassar, Surabaya dan di kota-kota besar lainnya dapat bersatu, melawan oligarki.
"Karena yang melakukan itu adalah mereka yang bergabung di dalam orang-orang yang sama, yang melakukan hal yang sama di PSN PIK 2," ujarnya.
"Jadi perjuangan ini bukanlah perjuangan Said Didu. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya membuka, bahwa ada pihak yang menguasai negeri ini, yang seakan-akan bebas menggusur rakyat di manapun dia mau," timpalnya lagi.
Bahkan menurutnya, mereka telah menjadikan pemerintah dan aparat sebagai boneka.
"Dan boneka yang betul-betul dipelihara hampir 10 tahun ini adalah Joko Widodo. Joko Widodo-lah yang memberikan karpet merah kepada mereka (oligarki)," sambungnya.
Karpet tersebut, kata Didu, diberikan melalui Undang-Undang Cipta Kerja, hingga lewat PSN.
"Dialah (Jokowi) yang memberikan karpet merah kepada oligarki untuk menguasai ekonomi, menguasai politik, dan menggusur rakyat di mana pun dia mau," katanya.
Ia berharap, Presiden Prabowo segera bertindak untuk menyelamatkan bangsa ini.
"Kita tahu, bahwa tambang, hutan, tanah, sawah, laut semua sudah diambil mereka. Hari ini saya menangis, saya mengingat teman perjuangan saya, doktor Rizal Ramli, doktor Faisal Basri, Lius Sungkarisma."
"Mudah-mudahan saya masih dikasih umur yang panjang. Saya bermohon kepada Allah, panggillah kami semua menghadapMu setelah kami berhasil mengambil kembali kedaulatan rakyat dari para oligarki yang merampok negeri ini," tandasnya.