Kata Om Ey Soal Pemilu 2024, Menikmati Pilkada tanpa DFK

Potret Herry Mulyawan
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Analis kebijakan pemprov Jawa Barat yang juga ketua FKPI Jawa Barat, Herry Mulyawan atau yang biasa disapa Om Ey, menyampaikan pandangannya tentang Pilkada 2024.

H Arlan, Calon Wali Kota Prabumulih Pamer 4 Istri saat Kampanye Punya Harta 17 Miliar

Tahun 2024 ini bisa jadi adalah tahun politik yang "cukup melelahkan".

Betapa tidak, setelah bangsa Indonesia melaksanakan Pileg-Pilpres pada tanggal 14 Februari kemarin, pada tanggal 27 November mendatang kita pun akan melaksanakan Pilkada serentak di seluruh Indonesia.

Tuntut Perubahan, 120 Ribu Warga Depok Asal Minang Kompak Dukung Supian-Chandra Lawan Petahana

Partai-Partai pada tanggal 27-29 Agustus kemarin sudah melakukan pendaftaran pasangan Calon Kepala Daerah, meliputi Calon Gubernur - Calon Wakil Gubernur, Calon Walikota - Calon Wakil Wali Kota, serta Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati.

Walaupun Partai-Partai yang pada saat Pilpres kemarin tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM), namun pasca Pilpres terjadi dinamika untuk Pilkada ini, dimana ada partai yang berkoalisi dengan sesama koalisi KIM, maupun dengan partai bukan pendukung Prabowo-Gibran.

Polda Kalbar akan Tindak Penyebar Hoaks dan Provokatif Jelang Pilkada 2024

Nah, sebetulnya sejak pemilu 2004, persaingan antar pendukung calon Presiden maupun calon kepala daerah itu dapat dikatakan selalu terjadi, bahkan tak jarang pula kita menemukan narasi-narasi berbau DFK, yaitu Disinformasi, Fitnah dan Kebencian.

Seiring berjalannya waktu, dan ketika media sosial sudah hadir di tengah-tengah kita, narasi DFK di masa kampanye dapat dikatakan semakin masif dan bahkan terkesan "diproduksi" oleh pihak-pihak tertentu untuk menjatuhkan lawan politik.

Para pengguna media sosial khususnya pendukung calon presiden maupun calon kepala daerah terkadang tidak melakukan penyaringan atau mencari kebenaran terhadap informasi tersebut, bahkan malahan turut menyebarkannya. Langsung sharing tanpa saring. Kira-kira begitu.

Dapat dikatakan, puncak daripada bertebarannya narasi DFK ini adalah pada pasca Pilpres 2014.

Karena pasca Pilpres 2014, terkesan bahwa bangsa kita terpecah menjadi 2, yaitu cebong dan kampret, yang menjadi garis demarkasi yang memisahkan antara kubu pendukung Pak Jokowi maupun kubu Pak Prabowo.

Seiring berjalannya waktu, walaupun Pak Prabowo sudah bergabung menjadi bagian dari Pemerintahan Pak Jokowi pada tahun 2019, bahkan kini sudah menjadi Presiden terpilih di 2024, narasi-narasi berisikan DFK ini, ternyata tidak pudar.

Hal ini tentu harus menjadi keprihatinan kita bersama, karena jika terus dibiarkan, DFK ini akan menjadi ancaman bagi keutuhan bangsa kita.

Kita akan semakin dipupuk rasa saling benci satu sama lain, sehingga akan sulit bersatu dan memperlebar serta memperdalam jurang perbedaan.

Nah, oleh karenanya, tentu kita semua berharap, agar Pilkada 2024 ini dapat kita jalani dan nikmati bersama dengan riang gembira tanpa DFK.

Setiap Paslon maupun pendukungnya, harus lebih banyak mempromosikan kelebihan dari Paslon yang didukungnya daripada harus melakukan black Campaign apalagi "memproduksi" konten2 berisikan DFK hanya untuk menjatuhkan reputasi lawan politiknya.

Kita harus memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga keutuhan bangsa ini, karena tentunya anak cucu kita di masa depan akan menjadi pewaris yang akan hidup dan menjalani kehidupan di negeri ini.

Narasi-narasi yang kritis tapi konstruktif harus lebih banyak mendominasi daripada narasi-narasi yang penuh caci maki, Disinformasi, fitnah dan kebencian.

Kita harus berlapang dada, agar dapat menerima setiap kenyataan dan perbedaan yang ada.

Karena suka atau tidak suka, siapapun yang nanti terpilih sebagai kepala daerah, maka Beliau lah yang akan menjadi pemimpin kita.

Dan marilah kita menggoreskan sejarah dengan tinta emas, dimana Pilkada 2024 ini, adalah Pilkada terbaik dalam sejarah bangsa Indonesia, yang dijalani dengan riang gembira tanpa ada narasi berisikan DFK.

Insya Allah kita semua akan menikmati pesta demokrasi ini, tanpa ada caci maki dan rasa benci, tetapi dengan penuh kebahagiaan dan saling mencintai.