Begini Cara Unik Nelayan Tradisional Panen Kerang Hijau dengan Pagar Bambu
- VIVA.co.id/Dyah Ayu Pitaloka (Malang)
Siap – Di berbagai wilayah pesisir Indonesia, nelayan masih setia menggunakan metode tradisional untuk mencari kerang hijau, salah satunya adalah dengan pagar bambu.
Cara ini tidak hanya sederhana dan ekonomis, tetapi juga ramah lingkungan.
Di balik keunikannya, metode ini menyimpan cerita menarik tentang kearifan lokal yang terus bertahan di tengah modernisasi.
Metode pagar bambu dimulai dengan menancapkan bambu secara vertikal di dasar laut atau perairan dangkal.
Lokasi pemasangannya biasanya dipilih dengan cermat, yakni di daerah yang kaya akan plankton, makanan utama kerang hijau.
Bambu yang terpasang ini akan menjadi tempat menempel bagi larva kerang hijau yang terbawa arus laut.
Seiring waktu, larva-larva ini tumbuh menjadi kerang dewasa.
"Metode pagar bambu masih kami pakai karena murah dan efektif," kata Supri, seorang nelayan asal Lampung, Senin, 27 Januari 2025.
Menurut Supri, pagar bambu hanya mengandalkan siklus alami kehidupan laut, tak seperti metode modern yang membutuhkan teknologi tinggi.
" Ini menjadi bukti bahwa teknologi tradisional bisa berjalan harmonis dengan alam. Dalam beberapa bulan, kerang hijau sudah bisa dipanen, membawa penghasilan bagi nelayan sekaligus memenuhi kebutuhan pasar akan kerang segar," katanya.
Meski terkesan sederhana, metode ini bukan tanpa tantangan.
Cuaca buruk, pasang surut yang ekstrem, hingga limbah laut dapat merusak pagar bambu dan mengancam hasil panen.
Namun, kata Supri, ini adalah bagian dari perjuangan sehari-hari yang sudah menjadi kebiasaan.
Selain fungsinya sebagai alat mencari kerang hijau, pagar bambu juga memiliki manfaat lain.
Struktur bambu yang tertancap di laut dapat membantu mengurangi abrasi pantai, sehingga sekaligus berperan dalam menjaga ekosistem pesisir.
Di wilayah seperti Lampung, Tangerang, Bekasi, dan Indramayu, pagar bambu masih menjadi pilihan utama nelayan tradisional.
Selain menjadi sumber penghidupan, metode ini juga melestarikan tradisi lokal yang sudah ada sejak lama.
Di tengah arus modernisasi, pagar bambu menjadi simbol bahwa kesederhanaan dan kearifan lokal tetap relevan.
Metode ini membuktikan bahwa inovasi tidak selalu harus rumit.
Kadang, jawaban terbaik ada pada kebijaksanaan nenek moyang kita yang telah hidup selaras dengan alam selama ratusan tahun.
Jadi, lain kali saat Anda menikmati hidangan kerang hijau, ingatlah bahwa di baliknya ada cerita tentang pagar bambu, kerja keras nelayan, dan kekayaan tradisi Indonesia.