Vadel Badjideh Hari Ini Dijadwalkan Diperiksa, Polisi: Kasus Aborsi Lolly Belum Naik ke Penyidikan
- Istimewa
Siap – Artis Nikita Mirzani pada Kamis kemarin mendatangi Polda Metro Jaya, guna memenuhi undangan pemeriksaan atas kasus dugaan aborsi Laura Meizani Nasseru Asry atau Lolly.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Ade Ary Syam Indradi mengungkapkan, kasus yang ditangani Polres Metro Jakarta Selatan tersebut juga bakal memanggil Vadel Alfajar Badjideh pada hari, Jumat 4/10/2024.
"Kasus yang ditangani di Polres Jaksel ini belum naik penyidikan masih dalam tahap pendalaman," jelas Ade Ary Syam Indradi.
Sebelumnya kuasa hukum Nikita Mirzani, Fahmi Bachmid tidak membantah jika kliennya telah mengetahui lebih dulu hasil visum dari putrinya Loly yang dilakukan di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Hati dia hancur karena dia sudah mengetahui hasil visum secara keseluruhan yang dilakukan putrinya," UJAR Fahmi Bachmid dikutip dari channel YouTube, Selasa (1/10/2024).
Fahmi Bachmid menuturkan, hancurnya hati dari Nikita Mirzani tergambar dari ucapan yang pernah disampaikan selalu olehnya.
"Anda bisa melihat dari sorotan matanya, reaksinya, dari kalimatnya sehingga Anda bisa paham bagaimana geramnya seorang ibu begitu mengetahui keadaan anak sangat dicintainya," paparnya.
Lebih lanjut, Fahmi Bachmid menjelaskan, setelah mengetahui hasil visum secara keseluruhan dari RSCM membuat Vadel Badjideh tidak bakal berbuat banyak. Ia menyebut, hasil visum Lolly dari rumah sakit sudah tidak bisa dibantahkan lagi.
"Kalau saya buka semua di sini tentu kalian dan masyarakat akan kaget karena ini bukan lagi bicara percintaan, bagaimana perlakuan kejahatan seseorang terhadap anak di bawah umur," imbuhnya.
Adapun Fahmi Bachmid meminta untuk Vadel Badjideh agar mengakui perbuatannya yang diperbuat selama ini kepada Lolly.
"Makanya kalau mereka selalu ingin mimpi bangun tidur yang benar supaya mimpinya bagus, cuci muka yang benar supaya bisa menyampaikan mimpi itu dengan cara yang benar. Ingat, ini kejahatan, tindak pidana kejahatan dan ancamannya 15 tahun dan tidak ada lagi yang dibahas di sini," tungkasnya.
