Menapaki Lorong Sejarah Misteri Nyi Blorong

Ilustrasi Nyi Blorong.
Sumber :
  • tropenmuseum.nl

Siap – Cokro Susastro (Ratno Timoer), baru saja kehilangan istri dan putri sulungnya. Desas-desus beredar, priyayi Jawa yang kaya ini sengaja mengorbankan istri dan sang putri sebagai wadal atau tumbal pesugihan Nyi Blorong.

Kisah bermula ketika Cokro telah kehabisan calon tumbal. Sementara, dia tak ingin diri dan sang putri, Sasti (Nena Rosier) menjadi tumbal pesugihan. Dia lantas bernegosiasi dengan Nyai Blorong, mengajukan calon menantunya, Andhika (Berry Prima) sebagai tumbal.

Jalan cerita semakin rumit karena Dewi, istri muda Cokro juga jelmaan Nyi Blorong, justru tergila-gila dengan Andhika. Mereka pun memadu kasih. Andhika terlepas sebagai sasaran tumbal.

Janji tetap janji. Saat tiba masa memberikan tumbal, Cokro tak mampu mengabulkan. Nyi Blorong murka. Tak lama mobil Cokro masuk jurang. Dia mati sebagai tumbal.

Petikan kisah di atas merupakan film Nyi Blorong produksi tahun 1982. Darto Joned, sang penulis naskah, nampak tidak begitu banyak mengubah legenda tentang Nyi Blorong di tengah masyarakat.

"Cerita Nyi Blorong ini kan sudah ada di masyarakat. Jadi dunia seni populer, dalam hal ini film, hanya mencoba membuat mereproduksi kembali cerita Nyi Blorong ini dalam kemasan film. Dan ini pasti laku, sebab masyarakat sudah punya bayangan dibenaknya terlebih dulu," kata Prapto Yuwono, pengajar Program Studi Sastra Jawa-Universitas Indonesia.

Legenda misteri Nyi Blorong memang sudah lama menjadi bahan perbincangan masyarakat di tanah Jawa. Masyarakat selalu mengaitkan keberadaan Nyi Blorong dengan upaya sebagaian orang meraih kekayaan dengan cara instan melalui pesugihan.